“Dimulai dari tidak adanya jaminan negara berubah ternyata ada jaminan negara,” tambahnya.
Pernyataan ini menyinggung perbedaan antara janji awal proyek dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, terutama terkait pembiayaan yang menimbulkan beban utang cukup besar.
Usulan Alternatif Pembangunan dari Megawati
Lebih lanjut, Hasto menuturkan bahwa Megawati sebenarnya sempat mengusulkan alternatif proyek yang lebih merata manfaatnya bagi masyarakat.
Alih-alih membangun kereta cepat, Megawati disebut mendorong pembangunan jalur ganda atau double track di berbagai wilayah, termasuk di Pulau Sumatera.
“Saat itu Ibu Mega mengusulkan daripada kereta api cepat lebih baik untuk membangun double track kereta api termasuk misalnya di Sumatera,” pungkas Hasto.
Baca Juga: Menteri PU Sebut Diskusi Soal Diskon Tarif Tol Nataru 2026 Masih Alot
Usulan tersebut, kata Hasto, didasarkan pada pandangan bahwa pemerataan pembangunan transportasi di berbagai daerah akan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas.
Pernyataan Hasto ini menambah daftar kritik yang muncul terhadap proyek Kereta Cepat Whoosh, terutama setelah isu beban utang dan efisiensi proyek kembali mencuat ke publik.
Artikel Terkait
Respons AHY soal Rencana Whoosh Buka Rute ke Surabaya
Whoosh Terjebak Utang Jumbo, Danantara Siap Negosiasi ke China
Mahfud MD Sebut Penyelesaian Utang Whoosh Tak Cukup Politik
China Klaim Proyek Whoosh Buka Lapangan Kerja
Wariskan Whoosh dengan Lilitan Utang, Jokowi Ingatkan Manfaat Ekonomi
Respons Purbaya saat Jokowi Bilang Whoosh Tak Hanya Mengejar Laba
Ketua KPK Ungkap Kabar Terbaru soal Dugaan Kasus Korupsi Whoosh
Selain Dugaan Mark Up, Pengamat Singgung Pemufakatan Jahat di Proyek Whoosh
Apakah Jokowi Harus Bertanggung Jawab soal Whoosh? Begini Kata Pengamat
Istana Ungkap 2 Opsi Terkait Polemik Utang Proyek Whoosh