Minggu, 21 Desember 2025

‎Jambi Butuh Arsitek yang Berakar Bukan Tukang Gambar

Photo Author
- Sabtu, 6 September 2025 | 12:38 WIB
Foto ilustrasi - ‎Jambi Butuh Arsitek yang Berakar Bukan Tukang Gambar. (Gema Lantang/Ist)
Foto ilustrasi - ‎Jambi Butuh Arsitek yang Berakar Bukan Tukang Gambar. (Gema Lantang/Ist)

‎Namun, apakah kedua institusi ini mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki kedalaman budaya dan sensitivitas kontekstual?

‎Menurut Kenneth Frampton (1983) dalam konsep Critical Regionalism, arsitektur yang autentik adalah arsitektur yang mampu mengintegrasikan modernitas dengan nilai-nilai lokal, baik dalam aspek budaya, sosial, maupun ekologis.

‎Ini menuntut pendidikan arsitektur untuk tidak hanya mengadopsi pola kurikulum dari pusat-pusat metropolitan, tetapi juga mengembangkan pendekatan pembelajaran yang berakar pada kearifan lokal.

Baca Juga: Misbakhun Usulkan Tarif PPN Turun Jadi 10 Persen

‎Realitanya, banyak kurikulum pendidikan arsitektur masih sangat berorientasi pada model global dan nasional, tanpa memberikan ruang cukup untuk eksplorasi budaya, kearifan lokal dan karakter ekologi tropis.

‎Akibatnya, lulusan lebih cenderung menguasai teknik desain bergaya universal tanpa mampu meramu identitas lokal menjadi bahasa visual yang unik dan bermakna.

‎Selain itu, ketidakcukupan keterlibatan dalam praktik nyata menjadikan lulusan arsitektur cenderung sebagai “tukang gambar” yang pasif, bukan sebagai agen perubahan ruang.

‎Hal ini sesuai dengan pandangan Rapoport (1969) yang menekankan bahwa arsitektur harus memahami “house form and culture” sebagai manifestasi kebutuhan sosial dan simbolis.

Baca Juga: Anggota DPR Terima 'Take Home Pay' Rp65,5 Juta Usai Tunjangan Dipangkas

‎Jika pendidikan gagal menginternalisasi hal ini, maka arsitektur lokal akan kehilangan jiwa.

‎Untuk itu, lembaga pendidikan harus melakukan reformasi kurikulum yang lebih responsif terhadap konteks lokal, memfasilitasi riset dan proyek lapangan yang berorientasi pada penerapan arsitektur kontekstual.

‎Pengembangan program mentorship dan kolaborasi dengan praktisi profesional juga menjadi elemen krusial agar lulusan siap pakai dan mampu berkontribusi secara substansial.

Baca Juga: Dudung Abdurachman Buka Suara soal Darurat Militer

‎Dukung Arsitek Muda Jangan Hanya Jadi Penonton

‎Arsitek muda di Jambi adalah modal berharga untuk regenerasi kualitas arsitektur lokal. Mereka biasanya lebih dinamis, terbuka terhadap inovasi, dan lebih peka terhadap aspirasi masyarakat. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Sumber: Martayadi Tajuddin

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Penghambat Investasi, Modus Dukungan Menjadi Transaksi

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:43 WIB

Ketika Kaum Proletar Membela Kapitalis

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:52 WIB

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB

Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:41 WIB

Golkar dan Tantangan Regenerasi Politik di Era Digital

Senin, 22 September 2025 | 15:25 WIB

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB
X