Minggu, 21 Desember 2025

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Photo Author
- Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB
Potret Heri Waluyo (Ist)
Potret Heri Waluyo (Ist)

GEMA LANTANG, JAMBI -- Gagasan bahwa investasi jalan khusus batu bara akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi perlu diuji secara lebih jujur dengan data, bukan sekadar asumsi linear antara pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan.

Fakta statistik justru menunjukkan bahwa fondasi pertumbuhan ekonomi Jambi tidak bertumpu pada batu bara. Data Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan II 2024 sebesar 4,15 persen year on year, namun kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang sekitar 31,8 persen PDRB.

Sebaliknya, sektor pertambangan yang kerap dijadikan justifikasi utama pembangunan jalan khusus justru menunjukkan kinerja yang tidak konsisten, bahkan mengalami kontraksi pada beberapa periode.

Pada Triwulan I 2024, sektor pertambangan Jambi tercatat terkontraksi sekitar 7 persen, dan pada Triwulan II 2024 pertumbuhan sektor ini masih negatif meskipun kontribusinya terhadap PDRB berada di kisaran 13 persen.

Baca Juga: Pengamat: Perpol Kapolri tak Langgar Keputusan MK

Lebih jauh lagi, penurunan tajam volume ekspor batu bara memperlihatkan lemahnya daya dorong komoditas ini terhadap ekonomi daerah.

Data BPS menunjukkan ekspor batu bara Jambi turun hingga 65 persen pada Triwulan I 2024 dan sekitar 57 persen pada Triwulan II 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam kondisi seperti ini, klaim bahwa jalan khusus batu bara akan memberi efek signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi sulit dipertahankan secara empiris.

Struktur ekspor Jambi juga sering disalahpahami. Memang benar sektor pertambangan mendominasi nilai ekspor, namun di dalamnya batu bara bukan pemain utama.

Data resmi Open Data Provinsi Jambi menunjukkan bahwa pada 2023 sekitar 93 persen ekspor pertambangan berasal dari migas, sementara batu bara hanya sekitar 6–7 persen.

Artinya, pembangunan infrastruktur besar yang secara spesifik diarahkan untuk batu bara berisiko tidak sebanding dengan kontribusi ekonominya terhadap daerah, baik dari sisi PDRB maupun nilai ekspor.

Baca Juga: Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Di sisi lain, investasi jalan khusus batu bara juga tidak bisa dilepaskan dari biaya sosial dan ekonomi yang tersembunyi. Beban lingkungan, konflik lahan, penurunan kualitas hidup masyarakat sekitar jalur tambang, hingga biaya pemeliharaan infrastruktur yang pada akhirnya berpotensi dibebankan kepada negara, merupakan faktor-faktor yang jarang dimasukkan dalam narasi optimistis investasi.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Sumber: Heri Waluyo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Penghambat Investasi, Modus Dukungan Menjadi Transaksi

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:43 WIB

Ketika Kaum Proletar Membela Kapitalis

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:52 WIB

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB

Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:41 WIB

Golkar dan Tantangan Regenerasi Politik di Era Digital

Senin, 22 September 2025 | 15:25 WIB

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB
X