•Akademisi harus memperkuat kurikulum berbasis kearifan lokal dan membuka ruang riset serta praktik lapangan.
•Pemerintah wajib menciptakan regulasi yang melindungi dan mendorong partisipasi arsitek lokal, serta mengalokasikan proyek strategis.
•Industri dan pengembang perlu membuka ruang kolaborasi dan mendukung inovasi desain berkelanjutan.
•IAI dan asosiasi jasa konsultansi harus menjadi mentor dan katalisator pengembangan kapasitas arsitek.
•Media dan komunitas berperan sebagai jembatan informasi dan advokasi, mengangkat isu dan karya arsitektur lokal ke publik luas.
Baca Juga: Nadiem Makarim: Tuhan Melindungi Saya, Kebenaran akan Keluar
Menolak Jadi Penonton di Tanah Sendiri
Arsitektur bukan sekadar fisik bangunan, melainkan manifestasi budaya, sejarah, dan cita-cita masa depan masyarakat. Jika arsitek lokal terus diam dan pasif, mereka berisiko kehilangan ruang dan identitas di tanah sendiri.
Sudah saatnya arsitek Jambi tidak hanya menjadi pelaksana teknis, tetapi mengambil peran sebagai pemimpin gagasan dan penjaga kearifan budaya.
Dengan sinergi seluruh elemen pentahelix, mereka bisa menjadi tuan rumah yang berdaulat, menciptakan ruang yang autentik dan bermakna.
Baca Juga: Dugaan Keretakan PPTB Jambi Menjadi Bara Dalam Sekam
Karena, memilih untuk tidak menjadi tuan rumah adalah memilih untuk menghilang dalam rumah sendiri.
Artikel Terkait
Kedewasaan Sahabat Alam Jambi Melihat Polemik TUKS PT SAS
Safe Haven di Era Digital, Emas Vs Bitcoin Mana Unggul?
Waktunya Bersih-bersih Sungai Batanghari dari TUKS yang Menyimpang
Menegakkan Kewarasan Berpikir Dalam Isu Investasi dan Lingkungan
Sahabat Alam Jambi: Jaga Alam, Kawal Investasi dan Lawan Hoax Mendiskreditkan Pemimpin
PSI Bersama Mahasiswa: Dukung Gerakan Demokrasi, Tolak Anarkisme dan Vandalisme
Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak
Program 3 Juta Rumah Memenuhi Amanat Konstitusi dan Tantangan Nyata Dilapangan