Kasus Bilqis Jadi Contoh Kegagalan SOP
Manang menyebut pergerakan Bilqis dari Makassar ke Jambi melalui jalur pesawat dan kemudian mobil menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem keamanan transportasi.
Baca Juga: Warga Pelayang Beri Peringatan Terakhir Buat Pelaku PETI di Limbur
“Yang perlu kita pelajari pada kasus penculikan anak Bilqis, di mana Bilqis ditransport dipindahkan dari Makassar sampai ke Jambi,” ujar Manang.
“Itu jarak yang cukup jauh dan membutuhkan sarana transportasi yang berpindah-pindah mulai dari pesawat dan dipindahkan menggunakan kendaraan mobil,” sambungnya.
Pria yang akrab disapa Pak Bray itu menekankan bahwa bandara dan maskapai memiliki peran besar untuk memastikan seluruh penumpang yang bepergian, terutama anak, tercatat dan terverifikasi dengan benar sebelum memasuki area keberangkatan.
Kronologi Singkat Kasus Bilqis
Anak enam tahun bernama Bilqis hilang pada Minggu pagi, 3 November 2025. Saat itu, ia terlihat duduk sendirian di Taman Pakui Sayang, Makassar, menunggu ayahnya, Dimas (34), yang sedang bermain tenis.
Baca Juga: Komisi Reformasi Polri Soroti Intervensi Politik dan Bisnis
Tak lama kemudian, Bilqis dinyatakan menghilang setelah tidak lagi terlihat di sekitar lokasi.
Upaya pencarian langsung dilakukan keluarga. Keesokan harinya, Dimas menemukan rekaman CCTV yang memperlihatkan seorang perempuan menggandeng Bilqis.
Rekaman ini memperkuat dugaan bahwa Bilqis diculik, sehingga keluarga segera melapor ke Polrestabes Makassar.
Laporan tersebut memicu operasi pencarian lintas daerah yang melibatkan koordinasi antara kepolisian Makassar, bandara, dan wilayah lain yang menjadi kemungkinan jalur pelarian.
Baca Juga: Oknum Pendamping PKH Diduga Ancam Wartawan saat Diminta Klarifikasi Bantuan Salah Sasaran
Lima hari setelah menghilang, Bilqis akhirnya ditemukan selamat di Jambi, ribuan kilometer dari lokasi awal penculikan.
Temuan ini mempertegas dugaan polisi bahwa pelaku memanfaatkan celah pengawasan di bandara dan sarana transportasi lainnya.