Gus Ipul juga mengungkapkan bahwa sebagian korban masih belum bisa menceritakan kronologi kejadian secara utuh karena masih dalam kondisi kaget dan syok.
“Mereka tentu belum bisa menceritakan secara detail karena rata-rata ya mungkin kaget dan kemudian menyelamatkan diri itu aja ya,” tutur Gus Ipul.
Baca Juga: Tanpa Hilirisasi, Jambi Tetap 'Jadi Penonton' di Arena Ekonomi
“Jadi, mereka bisa merasakan tiba-tiba ada ledakan, setelah itu mereka tidak bisa mengetahui lagi,” sambungnya.
Pendampingan Trauma Healing
Lebih lanjut, Mensos menjelaskan bahwa pendampingan psikologis bagi para korban akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, bergantung pada hasil asesmen tim profesional.
Program ini akan mencakup trauma healing, rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan untuk membantu korban kembali beradaptasi.
“Tergantung asesmennya, ya. Bisa sebulan, bisa dua bulan, sesuai hasil asesmennya akan kita dampingi nanti,” tegasnya.
Baca Juga: Ekonom Sebut Mesin Ekonomi Jambi Melemah
“Baik itu dalam bentuk trauma healing maupun rehabilitasi sosial dan pemberdayaan,” pungkasnya.
Kementerian Sosial akan terus berkoordinasi dengan pihak sekolah, tenaga medis, dan keluarga korban guna memastikan seluruh kebutuhan korban terpenuhi hingga kondisi mereka benar-benar pulih.
Artikel Terkait
Mensesneg Ungkap Prabowo Sudah Tahu Insiden Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Deret Pengakuan Tokoh yang Tersandung Kasus Ijazah Palsu Jokowi
Kecelakaan Beruntun di Banyumanik Semarang: 3 Mobil Terguling
Terlibat Skandal Mutasi Jabatan, Sugiri Sancoko Ditangkap KPK
Tanpa Hilirisasi, Jambi Tetap 'Jadi Penonton' di Arena Ekonomi
Tak Hanya Bupati Ponorogo, KPK Juga Tangkap Sekda hingga Dirut RSUD
Kremlin: Upaya Penyelesaian Konflik Ukraina Terhenti
Temuan Bom Rakitan di SMAN 72 Jakarta Diduga Dibawa Siswa yang Kerap Dibully
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar Meninggal Dunia
69.000 Korban Tewas Dalam Perang, Luka Gaza Tak Hanya Darah