Senin, 22 Desember 2025

Heboh Genk Motor, Pengamat: Jangan Samakan dengan Mafia

Photo Author
- Jumat, 17 Oktober 2025 | 16:58 WIB
Pengamat Ekonomi dan Sosial, Dr. Noviardi Ferzi. (Ist)
Pengamat Ekonomi dan Sosial, Dr. Noviardi Ferzi. (Ist)

GEMA LANTANG, JAKARTA -- Berbeda dengan narasi, bahwa geng motor di Jambi sudah menjadi organisasi sistemik dan terstruktur seperti Cosa Nostra atau mafia internasional sebenarnya perlu dilihat dengan lebih hati-hati.

Sampai saat ini, belum ada bukti publik yang kuat, seperti hasil penyidikan terbuka, dokumen pengadilan, atau vonis hukum yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok remaja ini memiliki struktur hierarkis formal, sumber pendanaan besar, maupun tujuan ekonomi terencana sebagaimana organisasi kriminal besar.

Pengamat sosial dan ekonomi Jambi, Dr. Noviardi Ferzi, menilai bahwa pelabelan geng motor sebagai organisasi “terorganisir” seperti mafia adalah bentuk analisis yang berlebihan dan kurang proporsional.

Baca Juga: Maulana Berlakukan Jam Malam Anak, Pengamat: Arah Moral

Menurutnya, fenomena geng motor di berbagai daerah, termasuk Jambi, lebih tepat dipahami sebagai gejala sosial remaja yang kompleks, bukan jaringan kriminal yang memiliki tujuan ekonomi dan kontrol kekuasaan.

“Kita perlu berhati-hati membedakan antara kenakalan remaja yang tumbuh karena faktor lingkungan sosial, tekanan pergaulan, dan krisis identitas dengan organisasi kriminal yang memiliki struktur, tujuan ekonomi, dan strategi jangka panjang. Geng motor di Jambi belum menunjukkan ciri-ciri itu,” kata Noviardi, Jum'at, 17 Oktober 2025.

Ia menambahkan, narasi yang terlalu keras, seolah geng motor adalah ancaman sekelas mafia, hal ini justru dapat menciptakan moral panic di masyarakat dan menimbulkan stigma negatif terhadap remaja.

Dalam banyak kasus, kata Noviardi, anggota geng motor adalah anak muda yang mengalami keterputusan sosial dan kekosongan ruang ekspresi.

Baca Juga: ‎Pengamat Soroti Kinerja Maulana yang Berusaha Tekan Angka Pengangguran

“Ketika negara dan masyarakat gagal menyediakan ruang aman dan produktif bagi anak muda, mereka mencari pengakuan di jalanan. Fenomena itu bukan hasil konspirasi, melainkan cermin dari lemahnya fungsi sosial keluarga, sekolah, dan lingkungan,” ungkapnya.

Faktanya, banyak fenomena geng motor masih lebih dekat dengan dinamika sosial remaja: pencarian identitas, tekanan teman sebaya, hingga kebutuhan eksistensi di ruang publik.

Mereka mungkin menggunakan simbol, pakaian seragam, dan media sosial untuk membangun rasa kebersamaan, namun hal ini belum bisa disamakan dengan sistem rekrutmen dan kendali terpusat sebagaimana kelompok mafia yang memiliki rantai komando dan orientasi ekonomi jangka panjang.

Baca Juga: Istana Dukung Penuh PSSI Pecat Patrick Kluivert

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bina Marga Kebut 461 Proyek Ruas Jalan di Kota Jambi

Rabu, 10 Desember 2025 | 16:40 WIB
X