opini

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB
Muhammad Rayhan Mahendra-Simpatisan PSI (Ist)

Keempat, kebijakan anggaran harus berpihak secara nyata kepada kelompok paling terdampak krisis. Di sinilah solidaritas diuji: apakah negara hadir untuk rakyat, atau hanya untuk mempertebal tembok kekuasaan.

Baca Juga: Menpan-RB: Indonesia Puncak Bonus Demografi tapi Produktivitas Belum Optimal

Waktunya Mendengar Sebelum Segalanya Terlambat

Kemarahan rakyat hari ini adalah peringatan, bukan sekadar ledakan emosi. Ia adalah protes terhadap sistem yang melupakan etika dan mengkhianati solidaritas.

Jika para pemegang kekuasaan terus menutup telinga, menepis kritik, dan hidup dalam gelembung kenyamanan, maka mereka sedang mempercepat delegitimasi dirinya sendiri.

Solidaritas yang dikhianati tidak akan hilang begitu saja. Ia akan kembali dalam bentuk tuntutan, perlawanan, bahkan ledakan sosial. Dan sebelum itu terjadi dalam skala yang tak terkendali, mari kita hidupkan kembali politik yang berpihak, rendah hati, dan benar-benar untuk rakyat.

Demokrasi bukan soal siapa yang berkuasa, tapi siapa yang didengar. Dan hari ini, suara itu sedang berteriak.

Halaman:

Tags

Terkini

Penghambat Investasi, Modus Dukungan Menjadi Transaksi

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:43 WIB

Ketika Kaum Proletar Membela Kapitalis

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:52 WIB

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB

Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:41 WIB

Golkar dan Tantangan Regenerasi Politik di Era Digital

Senin, 22 September 2025 | 15:25 WIB

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB