opini

Kedewasaan Sahabat Alam Jambi Melihat Polemik TUKS PT SAS

Minggu, 27 Juli 2025 | 20:07 WIB
Ketua Sahabat Alam Jambi, Jefri Bintara Pardede (Dok. Sahabat Alam Jambi )

‎GEMA LANTANG, JAMBI -- Di tengah kompleksitas tata ruang dan kebutuhan ekonomi daerah, pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) oleh PT Sinar Anugerah Sukses (PT SAS) di Kota Jambi memunculkan dinamika sosial dan lingkungan yang tidak dapat diabaikan.

‎Wajar bila masyarakat menyuarakan keresahan atas potensi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh proyek ini, baik dari aspek ekologis, sosial, maupun tata kelola.

‎Namun demikian, sebagai bagian dari masyarakat sipil yang berkomitmen terhadap prinsip keadilan ekologis dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Diduga Ada Kerugian Negara, Polisi Dalami Perkara Puskesmas Kebon IX

‎Perkumpulan Sahabat Alam Jambi mengambil sikap yang barangkali tidak populer, "tetapi ini kami yakini sebagai sikap yang bertanggung jawab untuk mengawal, bukan menolak secara apriori." kata Ketua Sahabat Alam Jambi, Jefri Bintara Pardede.

‎Perkumpulan Sahabat Alam Jambi ini didirikan bukan untuk mengejar sikap yang populer, tetapi untuk menegakkan prinsip keadilan ekologis dan pembangunan berkelanjutan.

‎"Dalam kasus PT SAS, Kami melihat bahwa perusahaan ini telah mengantongi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) yang sah dari pemerintah pusat. Sampai opini ini ditulis, aktivitas operasional secara penuh pun belum berlangsung." katanya.

Baca Juga: Viral Video Terbaring di RS, Ini Klarifikasi Lengkap KDM

‎Atas dasar itu, Sahabat Alam Jambi menilai terlalu dini bila ada pihak ingin menjatuhkan vonis bahwa investasi ini pasti akan merusak.

‎"Kami menolak upaya yang terburu-buru menyimpulkan sebelum fakta-fakta empiris dan hukum berbicara. Ini bukan bentuk pembelaan terhadap korporasi, tetapi bentuk kedewasaan dalam membaca isu" terang Jefri Bintara Pardede, Ketua Sahabat Alam Jambi.

‎Sahabat Alam Jambi memiliki misi yang jelas yaitu mendorong investasi yang bertanggung jawab dan berkeadilan, serta melawan praktik kotor 'pengusaha hitam' yakni pelaku usaha yang hanya mengejar keuntungan pribadi tanpa peduli pada dampak sosial maupun ekologis.

Baca Juga: Ruben Onsu Cerita ke Ivan Gunawan Momen Setelah Jadi Muslim

‎"Sudah terlalu banyak contoh di mana perusahaan masuk ke wilayah masyarakat, mengambil sumber daya, meninggalkan kerusakan, dan menghilang tanpa akuntabilitas." terangnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Penghambat Investasi, Modus Dukungan Menjadi Transaksi

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:43 WIB

Ketika Kaum Proletar Membela Kapitalis

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:52 WIB

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB

Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:41 WIB

Golkar dan Tantangan Regenerasi Politik di Era Digital

Senin, 22 September 2025 | 15:25 WIB

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB