Senin, 22 Desember 2025

Safe Haven di Era Digital, Emas Vs Bitcoin Mana Unggul?

Photo Author
- Rabu, 6 Agustus 2025 | 16:24 WIB
Ilustrasi emas vs bitcoin, safe haven di era digital. (Freepik.com)
Ilustrasi emas vs bitcoin, safe haven di era digital. (Freepik.com)

GEMA LANTANG -- Emas selama ini dikenal sebagai aset investasi yang aman atau disebut juga safe haven. Istilah ini merujuk pada instrumen yang diharapkan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan nilainya di tengah ketidakpastian ekonomi atau gejolak pasar.

Belakangan, muncul fenomena baru yang menggeser paradigma tersebut. Selain emas, kini Bitcoin juga dianggap sebagai safe haven bagi sebagian investor, terutama saat kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil.

Baca Juga: Gegara Jeratan Royalti, Pengunjung Kaget Suasana Resto Mendadak Hening

Menariknya, cara kerja keuangan antara emas dan Bitcoin ternyata memiliki kemiripan. Hal ini disampaikan oleh pengusaha sekaligus pemilik platform jual beli aset kripto, Indodax, Oscar Darmawan, dalam siniar YouTube Success Before 30 yang tayang pada 4 Agustus 2025.

"Emas sama Bitcoin ya, kita harus tahu cara kerja emas dan Bitcoin itu mirip, atau bahkan bisa dikatakan sama persis," ujar Oscar dalam siniar tersebut.

Baca Juga: Ketinggalan Kapal, Pria Ini Nekat Ngejar Pakai Sampan

Menurut Oscar, nilai yang dimiliki emas tidak muncul begitu saja, melainkan karena ada biaya eksplorasi yang cukup besar. 

"Emas itu punya nilainya karena faktor nilai biaya eksplorasi, atau biaya pertambangan. Jadi setiap emas yang diambil dari bumi, itu ada biayanya. Untuk menggalinya, memurnikannya, dan lain sebagainya," jelasnya.

Biaya eksplorasi emas, lanjut Oscar, bahkan bisa mencapai angka signifikan. 

Baca Juga: ‎Rusia Murka Kendaraan Diplomatiknya Diserang Pemukim Israel

"Kurang lebih biaya eksplorasi emas itu sekitar hampir 50 USD [atau sekitar Rp818.065] per gramnya," imbuhnya.

Keterbatasan pasokan emas di bumi juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi harganya. 

"Selain daripada faktor supply yang terbatas itu, ada demand (permintaan), sehingga kemudian harganya semakin naik," terang pengusaha berusia 39 tahun itu.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Penghambat Investasi, Modus Dukungan Menjadi Transaksi

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:43 WIB

Ketika Kaum Proletar Membela Kapitalis

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:52 WIB

Kontribusi Batubara Bagi Pertumbuhan Ekonomi Jambi Kecil

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:18 WIB

Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:41 WIB

Golkar dan Tantangan Regenerasi Politik di Era Digital

Senin, 22 September 2025 | 15:25 WIB

Solidaritas yang Dikhianati, Kemarahan yang Meledak

Minggu, 31 Agustus 2025 | 15:32 WIB
X