Marie juga menilai keputusan menunjuk PM dari kalangan loyalis tanpa berdialog dengan partai oposisi memperkeruh suasana politik.
"Sulit menerima hal itu bahkan sebelum ada pertemuan resmi dengan pemimpin partai," tambahnya.
Baca Juga: Mahfud MD Sebut Sri Mulyani Kecewa Berat
Menurut laporan Al Jazeera pada Kamis, 11 September 2025, seruan agar Emmanuel Macron mundur pun terdengar di tengah kerumunan.
"Sama saja masalahnya, Macron lah masalahnya, bukan para menteri. Dia harus mundur!" tegas seorang demonstran lain bernama Fred.
Meski berlangsung damai di beberapa wilayah, aksi ini juga diwarnai bentrokan.
Salah satunya, terjadi di Paris. Polisi 'anti huru-hara' di Prancis terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang bertahan di jalanan.
Baca Juga: Ironi Ketimpangan di Balik Kekacauan Demo Nepal
Bentrok tersebut berujung pada penangkapan massal. Hanya di Paris saja, hampir 200 orang ditahan karena dianggap mengganggu ketertiban umum.
Hingga kini, data dari Kementerian Dalam Negeri Prancis mencatat ratusan orang diamankan di berbagai kota. Dari jumlah itu, 415 orang masih ditahan otoritas keamanan setempat.
Artikel Terkait
Lagi! Lima Jurnalis Internasional Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel
Babak Baru Perang Dagang, AS Ancam 200 Persen Tarif Impor ke China
Militer Israel: Jurnalis Reuters dan AP Bukan Target Serangan
Strategi Perdagangan Trump Terancam Runtuh Gegara Putusan Pengadilan AS
China Bikin Agenda Ekonomi Cerdas di 2035, Pamer Program 'AI Plus'
Media Israel Soroti Tajam Aksi Demonstrasi di Indonesia
Israel Klaim Tewaskan Juru Bicara Hamas Abu Obeida dalam Serangan Udara di Gaza
Rencana Kota Modern di Gaza Bocor, Disokong Dana Fantastis Rp1.600 Triliun
Telisik Awal Mula Gejolak Demonstrasi di Nepal, ada Korupsi hingga Medsos
Ironi Ketimpangan di Balik Kekacauan Demo Nepal