Senin, 22 Desember 2025

‎Digitalisasi Parkir Jambi, Modernisasi yang Belum Menyentuh Realitas

Photo Author
- Selasa, 11 November 2025 | 16:07 WIB
Wali Kota Jambi, Dr. dr. Maulana (kiri), Pengamat Ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi (kanan). (Gema Lantang/Ist)
Wali Kota Jambi, Dr. dr. Maulana (kiri), Pengamat Ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi (kanan). (Gema Lantang/Ist)

‎GEMA LANTANG, JAMBI -- Transformasi digital di Kota Jambi saat ini diklaim bergerak ke arah yang benar, salah satu yang menjadi contoh adalah penerapan sistem pembayaran parkir non-tunai melalui QRIS.

‎Namun, keberhasilan sebuah sistem tak hanya bergantung pada teknologi yang dipakai, melainkan juga pada perilaku dan kesiapan sosial pelaksananya.

‎Menurut pengamat ekonomi Dr. Noviardi Ferzi, fenomena lambatnya adopsi pembayaran parkir QRIS mencerminkan kesenjangan antara inovasi teknologi dan kesiapan perilaku masyarakat serta pelaksana di lapangan.

Baca Juga: Jelang Nataru, PUPR Kebut Pengerjaan Proyek di Kota Jambi

‎“Kota Jambi sudah memiliki arah kebijakan digitalisasi keuangan yang progresif. Namun, transformasi tidak cukup dengan mengumumkan sistem baru. Ia membutuhkan perubahan budaya transaksi, edukasi, dan rasa percaya dari masyarakat hingga juru parkir,” katanya, Selasa, 11 November 2025.

‎Data dari Pemerintah Kota Jambi menunjukkan bahwa dari sekitar 500 juru parkir resmi, baru 300 yang memiliki rekening dan QRIS.

‎Sementara itu, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor parkir sebesar Rp6,8 miliar baru tercapai sekitar Rp1,8 miliar.

‎Bagi Noviardi Ferzi, ketimpangan angka ini menunjukkan bahwa digitalisasi belum efektif meningkatkan basis penerimaan daerah.

Baca Juga: Aktivis Buruh Marsinah Resmi Jadi Pahlawan Nasional

‎“Teknologi semestinya meningkatkan efisiensi dan transparansi, bukan hanya sekadar mengganti cara bayar. Jika hasilnya belum maksimal, berarti ada hambatan di level manusia dan sistem pengawasan,” jelasnya.

‎Ekonom Jambi itu menilai, dua hambatan utama ada pada masyarakat dan juru parkir (jukir).

‎Masyarakat belum terbiasa menggunakan sistem digital untuk pembayaran kecil seperti parkir. Sementara para jukir merasa lebih nyaman dengan pola tunai karena dianggap lebih cepat dan praktis.

‎“Bagi jukir, uang tunai itu konkret dan langsung. Sedangkan QRIS membutuhkan koneksi, pemahaman, dan kepercayaan bahwa uang akan sampai. Kalau faktor-faktor ini tidak dipenuhi, mereka akan resistensi,” tambahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bina Marga Kebut 461 Proyek Ruas Jalan di Kota Jambi

Rabu, 10 Desember 2025 | 16:40 WIB
X