GEMA LANTANG -- Gelombang aksi mahasiswa yang tengah berlangsung di berbagai penjuru Indonesia, termasuk di halaman DPRD Provinsi Jambi, bukanlah riak kecil dalam demokrasi.
Ia adalah isyarat yang nyaring bahwa rasa keadilan dan ruang demokrasi sedang berada dalam tekanan, dan rakyat—terutama mahasiswa—menolak untuk diam.
Sebagai simpatisan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), saya menaruh hormat setinggi-tingginya pada adik-adik mahasiswa dan elemen masyarakat sipil di Jambi yang telah menyuarakan kegelisahan publik atas berbagai persoalan bangsa: dari revisi regulasi yang berpotensi membungkam kebebasan sipil, hingga krisis kepercayaan terhadap lembaga politik.
Baca Juga: Bahlil Lantik Laode Sulaeman sebagai Dirjen Migas
Namun, dukungan terhadap gerakan mahasiswa tidak berarti membenarkan segala bentuk ekspresi yang merusak. PSI secara tegas menolak segala bentuk anarkisme dan vandalisme yang justru mencederai cita-cita perjuangan itu sendiri.
Aksi mahasiswa harus tetap menjadi simbol intelektualitas dan keberanian moral—bukan amukan yang kehilangan arah.
Demokrasi Jalanan: Koreksi Publik yang Sah
Apa yang terjadi di Jambi hari-hari ini adalah bagian dari sejarah panjang koreksi publik terhadap institusi yang lalai mendengar rakyatnya.
Aksi mahasiswa di depan Gedung DPRD Provinsi Jambi adalah ekspresi kegelisahan terhadap elite yang kerap abai pada suara-suara bawah.
Dalam konteks teori ruang publik (Habermas, 1989), aksi massa bukan sekadar protes, tetapi forum rakyat alternatif yang muncul saat kanal formal tidak lagi berfungsi maksimal. Aksi ini bukan gangguan terhadap demokrasi—melainkan wujud nyata dari keberlangsungan demokrasi itu sendiri.
Baca Juga: Sahabat Alam Jambi Serukan Lawan Hoax dan Jaga Persatuan
PSI memahami, bahwa dalam sistem demokrasi yang sehat, setiap suara—termasuk yang datang dari jalanan—harus dihargai, bukan dibungkam atau dilabeli negatif secara serampangan.
Kritis, Berani, Tapi Tetap Beradab
Namun demikian, perjuangan tidak boleh kehilangan etika. Kita tidak bisa membenarkan pembakaran fasilitas umum, perusakan gedung negara, atau kekerasan terhadap aparat. Gerakan mahasiswa akan kehilangan legitimasi moral jika terjebak dalam spiral anarkisme.
Sebagai partai politik yang lahir dari semangat muda dan idealisme antikorupsi, PSI berdiri bersama mahasiswa yang kritis dan berani, tapi juga menjunjung tinggi etika perjuangan. Demonstrasi yang damai, cerdas, dan terorganisir adalah kekuatan sejati perubahan.