GEMA LANTANG, JAMBI -- Gagasan bahwa investasi jalan khusus batu bara akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi perlu diuji secara lebih jujur dengan data, bukan sekadar asumsi linear antara pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan.
Fakta statistik justru menunjukkan bahwa fondasi pertumbuhan ekonomi Jambi tidak bertumpu pada batu bara. Data Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Jambi pada Triwulan II 2024 sebesar 4,15 persen year on year, namun kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang sekitar 31,8 persen PDRB.
Sebaliknya, sektor pertambangan yang kerap dijadikan justifikasi utama pembangunan jalan khusus justru menunjukkan kinerja yang tidak konsisten, bahkan mengalami kontraksi pada beberapa periode.
Pada Triwulan I 2024, sektor pertambangan Jambi tercatat terkontraksi sekitar 7 persen, dan pada Triwulan II 2024 pertumbuhan sektor ini masih negatif meskipun kontribusinya terhadap PDRB berada di kisaran 13 persen.
Baca Juga: Pengamat: Perpol Kapolri tak Langgar Keputusan MK
Lebih jauh lagi, penurunan tajam volume ekspor batu bara memperlihatkan lemahnya daya dorong komoditas ini terhadap ekonomi daerah.
Data BPS menunjukkan ekspor batu bara Jambi turun hingga 65 persen pada Triwulan I 2024 dan sekitar 57 persen pada Triwulan II 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam kondisi seperti ini, klaim bahwa jalan khusus batu bara akan memberi efek signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi sulit dipertahankan secara empiris.
Struktur ekspor Jambi juga sering disalahpahami. Memang benar sektor pertambangan mendominasi nilai ekspor, namun di dalamnya batu bara bukan pemain utama.
Data resmi Open Data Provinsi Jambi menunjukkan bahwa pada 2023 sekitar 93 persen ekspor pertambangan berasal dari migas, sementara batu bara hanya sekitar 6–7 persen.
Artinya, pembangunan infrastruktur besar yang secara spesifik diarahkan untuk batu bara berisiko tidak sebanding dengan kontribusi ekonominya terhadap daerah, baik dari sisi PDRB maupun nilai ekspor.
Baca Juga: Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP
Di sisi lain, investasi jalan khusus batu bara juga tidak bisa dilepaskan dari biaya sosial dan ekonomi yang tersembunyi. Beban lingkungan, konflik lahan, penurunan kualitas hidup masyarakat sekitar jalur tambang, hingga biaya pemeliharaan infrastruktur yang pada akhirnya berpotensi dibebankan kepada negara, merupakan faktor-faktor yang jarang dimasukkan dalam narasi optimistis investasi.
Artikel Terkait
Kasus WO Ayu Puspita, Polisi Ungkap Kerugian Capai Rp11,5 Miliar
Kisah Tragis Pengeroyokan Maut Debt Collector di Kalibata
Rusia Lancarkan Serangan Besar-besaran ke Industri Militer Ukraina
Tak Kunjung Usai, Mahfud Nilai Perkap Polri Tak Punya Dasar Hukum
Prabowo: Kalian adalah Keluarga, Tidak akan Kami Tinggalkan
Investasi Jalan Khusus Batu Bara dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi
Eksistensi TUKS dan Regulasi Mengatur Tentang PNBP
Pengamat: Perpol Kapolri tak Langgar Keputusan MK
Setelah Viral Angkut Beras, Menko Zulhas Kini Susuri Pesisir Aceh Utara
Uang Catin WO Ayu Puspita Dipakai untuk Menyicil Rumah hingga ke Luar Negeri