Senin, 22 Desember 2025

‎Ekonom Sentil Pemerintah soal Harga Pangan Meroket Jelang Nataru

Photo Author
- Rabu, 26 November 2025 | 09:21 WIB
Pengamat Kebijakan Publik, Sosial dan Ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi. (Ist)
Pengamat Kebijakan Publik, Sosial dan Ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi. (Ist)

‎GEMA LANTANG, JAMBI -- Lonjakan harga kebutuhan pokok yang meroket di Provinsi Jambi menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, mendapat sorotan khusus dari akademisi dan pengamatan regional Dr. Noviardi Ferzi.

‎Dalam komentar tajamnya pada hari Rabu pagi, Dr. Ferzi mengatakan lonjakan harga itu telah menimbulkan keresahan luas di kalangan warga.

‎Kenaikan harga menjelang natal dan pergantian tahun itu sudah dianggap tradisi tahunan oleh warga. Potret ini, kata Ferzi, adalah cerminan dari kerapuhan struktural dalam sistem ketahanan pangan lokal. 

Baca Juga: ‎Warga Jambi Ngeluh Harga Kebutuhan Pokok Meroket Jelang Nataru

‎Ekonom ternama di Jambi itu juga menegaskan bahwa fenomena ini merupakan kegagalan sistemik yang secara langsung mengancam dua pilar utama ketahanan pangan yaitu keterjangkauan dan stabilitas harga.

‎"Intervensi pemerintah yang hanya bersifat operasi pasar adalah solusi 'pemadam kebakaran' yang tidak mengatasi akar masalah ketergantungan Jambi pada pasokan dari luar daerah, yang membuat harga pangan sangat rentan terhadap gangguan logistik dan spekulasi di tingkat pemasok." kritik Ferzi.

‎Menurutnya, perspektif ini diperkuat oleh analisis, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan yang ekstrem, seperti cabai yang mencapai Rp100.000 per kilogram, menjadi kontributor utama inflasi daerah (Volatile Food Inflation).

Baca Juga: Dirjen Bea Cukai Beberkan Hambatan Pemberantasan Rokok Ilegal

‎"Kenaikan ini secara nyata menggerus daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, memaksa mereka mengalokasikan persentase pendapatan yang lebih besar untuk makanan dan berpotensi menurunkan kualitas gizi." bebernya.

‎Ekonom itu juga menyinggung soal inefisiensi mekanisme pasar dan adanya margin yang tidak wajar pada rantai distribusi.

‎Hal ini menunjukkan bahwa harga yang tinggi di tingkat konsumen tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat petani, melainkan terserap oleh middleman atau spekulan.

Baca Juga: Respons Kapolri soal Masyarakat Lebih Percaya Damkar Dibanding Polisi

‎Oleh karena itu, ia menilai bahwa langkah-langkah seperti mendatangkan pasokan dari luar daerah dan mengancam penimbun hanyalah solusi parsial. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Purbaya Singgung Landasan Ekonomi Nasional

Jumat, 21 November 2025 | 16:04 WIB

‎Ekonom Sebut Mesin Ekonomi Jambi Melemah

Sabtu, 8 November 2025 | 10:35 WIB

Respons Purbaya soal Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen

Kamis, 6 November 2025 | 11:47 WIB

Purbaya Curhat Balpres Pakaian Bekas Bikin Rugi

Rabu, 22 Oktober 2025 | 16:12 WIB

Trik Jitu Menkeu Purbaya untuk Pemimpin Daerah

Senin, 20 Oktober 2025 | 13:57 WIB
X