Dukungan semacam ini tidak lahir dari keyakinan atas manfaat investasi, melainkan dari motif ekonomi sesaat. Ketika aliran dana berhenti, dukungan pun bisa berubah menjadi penolakan.
Di sisi lain, sikap kritis yang benar justru tidak membutuhkan biaya. Misalnya, masyarakat mempertanyakan AMDAL sebuah proyek tambang atau industri.
Mereka meminta keterbukaan data, menggelar diskusi terbuka secara mandiri, menyampaikan aspirasi ke DPRD, atau menggugat melalui jalur hukum jika ada pelanggaran.
Baca Juga: Hadiri Acara Pengukuhan APRI, Fadhil Arief: Selamat Kepada Seluruh Pengurus
Kritik seperti ini sah, bermartabat, dan justru membantu investor yang serius untuk memperbaiki tata kelola usahanya. Tidak ada permintaan uang, tidak ada negosiasi di balik layar.
Perbedaan ini menjadi sangat jelas ketika dibandingkan dampaknya. Kritik yang tulus mendorong investasi menjadi lebih berkualitas.
Sebaliknya, praktik pembebanan biaya nonformal menciptakan ekonomi biaya tinggi. Investor akan memasukkan biaya “sosial” ini ke dalam perhitungan bisnis: mengurangi serapan tenaga kerja, menekan upah, atau bahkan membatalkan investasi.
Baca Juga: Padang Diterjang Banjir Lagi, BPBD Sebut Rencana Modifikasi Cuaca
Dalam jangka panjang, daerah kehilangan peluang kerja, sementara masyarakat hanya memperoleh manfaat semu yang habis dalam waktu singkat.
Lebih berbahaya lagi, budaya dukungan berbayar melahirkan preseden buruk. Investor berikutnya akan datang dengan mental “siap bayar”, bukan “siap patuh aturan”.
Ketika uang menjadi alat meredam kritik, maka yang tersisa hanyalah relasi kuasa yang tidak sehat antara modal dan masyarakat. Lingkungan rusak, konflik sosial meningkat, dan kepercayaan publik runtuh.
Karena itu, membangun iklim investasi yang sehat menuntut keberanian untuk berkata tegas: kritik tidak untuk diperjualbelikan, dan dukungan bukan untuk ditagih.
Baca Juga: Tidur di Dusun Lebih Pada Pencitraan dari Pada Solusi Membangun
Masyarakat harus memilih berada pada posisi terhormat sebagai pengawas kepentingan publik, bukan sebagai pihak yang membebani investor demi keuntungan sesaat.
Jika tidak, investasi akan terus dianggap sebagai ancaman—padahal yang sesungguhnya menjadi bencana adalah praktik transaksional yang mengatasnamakan dukungan itu sendiri.