Jejak Feodalisme Olokan Gus Miftah
Peringatan Rio Wahyu seakan kian relevan dengan berbagai peristiwa yang sempat mencuri perhatian publik.
Baca Juga: Hadapi Efisiensi Anggaran, Fadhil Arief Minta Kepala OPD Berinovasi
Salah satunya adalah kasus yang melibatkan penceramah, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Dalam video yang beredar di media sosial, Miftah terlihat mengolok seorang pedagang es teh saat berceramah di Magelang, Jawa Tengah, pada November 2024.
Tindakan itu pernah menuai kritik luas karena dianggap mencerminkan sikap merendahkan.
Tak lama setelah itu, warganet menggali rekam jejak Miftah di berbagai video lama—mulai dari menoyor kepala istrinya hingga melontarkan ejekan kepada pelawak senior Yati Pesek.
Baca Juga: Istana soal Ditjen Pesantren: Presiden Prabowo Soroti Pendidikan para Santri
Kala itu, akademisi, Rocky Gerung menilai tindakan tersebut kental dengan nuansa patriarkal dan feodal.
Rocky menyebut gelar “Gus” yang disandang Miftah membuatnya punya pengaruh besar meski perilakunya tak selalu mencerminkan keteladanan.
Akibat tekanan publik, Miftah akhirnya menyampaikan permintaan maaf dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden bidang kerukunan beragama dan pembinaan sarana keagamaan.
Ketika Status Jadi Alasan Istimewa
Kasus lain yang memperkuat peringatan soal feodalisme di Tanah Air juga pernah muncul pada awal 2025. Kala itu, publik dikejutkan dengan video iring-iringan mobil berpelat RI 36 yang membuka jalan dengan bantuan patwal.
Belakangan diketahui mobil tersebut milik Raffi Ahmad, utusan khusus presiden untuk generasi muda dan pekerja seni.
Insiden itu memunculkan perdebatan mengenai keistimewaan yang diberikan kepada figur publik.
Baca Juga: Pemda Jabar Simpan Dana Giro di Bank, Purbaya: Malah Lebih Rugi Lagi