Senin, 22 Desember 2025

Jalan Terjal MBG antara Cita-Cita Perbaikan Gizi dengan Realitas Krisis Keamanan

Photo Author
- Kamis, 25 September 2025 | 20:01 WIB
Pelaksanaan MBG dikritik ahli gizi. (Instagram/badangzinasional.ri)
Pelaksanaan MBG dikritik ahli gizi. (Instagram/badangzinasional.ri)

Lantas, bagaimana gelombang kritikan yang muncul imbas maraknya kasus keracunan massal yang dialami para siswa dalam program MBG tersebut? Berikut ini ulasan selengkapnya.

Investigasi dan Krisis Kepercayaan

Pembentukan tim investigasi memang langkah krusial. Di sisi lain, publik menilai hal ini belum cukup menjawab krisis kepercayaan. 

Bagaimana tidak, 842 orang di Bandung Barat menjadi korban setelah menyantap makanan MBG. Jumlah itu tercatat dari tiga peristiwa keracunan di Cipongkor dan Cihampelas hanya dalam 3 hari ke belakang.

Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar sempat menyebut, kasus pertama terjadi pada Senin, 22 September 2025 dengan jumlah korban mencapai 393 orang. 

Dua hari berselang, angka itu bertambah 449 korban baru. Fakta ini menegaskan adanya celah serius dalam manajemen penyediaan makanan bergizi.

Baca Juga: Menelaah Usulan DPR untuk BGN Libatkan Sekolah dalam Penyajian MBG

Kritik Pedas Soal Menu

Selain soal keamanan pangan, sederet menu makanan yang dipilih dalam program MBG juga kini menuai kritik. 

Ahli gizi, dr. Tan Shot Yen pernah menyoroti pemberian burger hingga spageti dalam program MBG sebagai bentuk pengingkaran terhadap pangan lokal. 

“Alokasikan menu lokal 80 persen isi MBG di seluruh wilayah, saya ingin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya pengin anak Sulawesi bisa makan kapurung,” tegas Tan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IX DPR RI, pada Senin, 22 September 2025.

Tan menilai, memperkenalkan burger pada anak-anak Indonesia justru melestarikan ketergantungan pada gandum impor. 

Di sisi lain, ia juga menyindir penyedia makanan yang terkesan asal dalam memilih bahan. 

Baca Juga: Kutip Pidato Prabowo di PBB, PM Kanada: Sangat Fasih dan Kuat

“Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan. Rasanya kayak karton, warnanya pink, lalu anak-anak disuruh DIY, astaga,” ujar Tan.

Kritik ahli gizi menjadi sinyal keras bahwa MBG tidak bisa sekadar mengedepankan distribusi masif tanpa memperhatikan kualitas dan keberlanjutan.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

D’Raja Law Firm, Mitra Hukum Terpercaya di Indonesia

Selasa, 16 Desember 2025 | 19:16 WIB

Pengamat: Perpol Kapolri tak Langgar Keputusan MK

Minggu, 14 Desember 2025 | 12:55 WIB

Pengamat Sebut Temuan Ombudsman RI Bukan Putusan Hukum

Sabtu, 13 Desember 2025 | 15:57 WIB

Tanfidziyah Copot Gus Ipul dari Posisi Sekjen PBNU

Sabtu, 29 November 2025 | 08:37 WIB
X