GEMA LANTANG, AS -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali menuai sorotan usai kebijakannya yang mengenakan tarif impor sebesar 39 persen untuk sektor emas batangan yang masuk ke AS.
Terkini, kebijakan itu tercantum di situs Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP). Washington secara resmi menetapkan tarif khusus untuk emas batangan impor.
Dalam putusan CBP, emas batangan berkode HS 7108.13.5500 termasuk ukuran 1 kilogram dan 100 troy ounce yang populer di pasar AS, tidak masuk dalam daftar produk yang mendapat pembebasan tarif dari negara tertentu.
Baca Juga: Pabrik Mobil Listrik Asal China Ini Bertaruh pada Suku Cadang di RI
Kondisi ini membuat pengiriman emas batangan dari berbagai negara, termasuk Swiss, otomatis dikenakan tarif 39 persen. Kebijakan ini langsung memicu reaksi keras dari pelaku industri logam mulia dunia.
Salah satunya, reaksi datang dari Presiden Asosiasi Produsen dan Pedagang Logam Mulia Swiss (ASFCMP), Christoph Wild yang menilai langkah ini sebagai pukulan telak. Pasalnya, AS selama ini menjadi salah satu pasar utama emas batangan dari Swiss.
"Dengan tarif 39 persen, ekspor emas batangan ke AS pasti akan berhenti," tegas Wild sebagaimana dilansir dari Reuters pada Minggu, 10 Agustus 2025.
Baca Juga: Era Digital Mengubah Cara Orang Menabung Emas
Sejumlah produsen emas di Swiss juga dilaporkan sudah menghentikan pengiriman mereka ke AS setelah kebijakan ini diumumkan.
Kendati demikian, Gedung Putih disebut sedang menyiapkan perintah eksekutif untuk memperjelas aturan tersebut. Spekulasi pun berkembang ihwal tarif tinggi ini bisa saja terjadi akibat kesalahan administrasi.
Analis independen, Ross Norman menilai Swiss selama ini dikenal sebagai pusat penyulingan dan transit emas dunia, sementara Inggris menjadi lokasi perdagangan emas bebas terbesar. Afrika Selatan dan Kanada juga termasuk negara penambang emas utama yang terdampak.
Baca Juga: Simak Kelebihan dan Kekurangan Deterjen Cair atau Bubuk
"Kemungkinan besar, mengenakan tarif 39 persen pada kilobar Swiss sama saja dengan menuangkan pasir ke dalam mesin yang sudah bekerja baik. Saya katakan kemungkinan, karena tetap ada peluang bahwa ini hanya kesalahan,” ujar Ross dalam artikel yang sama.
Artikel Terkait
Gempa Kembali Guncang Kamchatka, Banyak Gunung Berapi Bereaksi
Panas! Kremlin Sebut Kapal Selam Nuklir AS Dalam Tugas Tempur
Medvedev Sebut Lawan Rusia Akan Hadapi Kenyataan Baru
Rusia Murka Kendaraan Diplomatiknya Diserang Pemukim Israel
Trump Akan Kenakan Tarif 50 Persen Terhadap Barang-barang India
Benjamin Netanyahu: Israel Bermaksud Menguasai Gaza
Indonesia dan Para Pemimpin Dunia Geram Israel Ingin Kuasai Gaza
Jepang Desak AS Turunkan Tarif Impor Mobil dan Suku Cadang
Semangat Kemerdekaan RI ke-80 Sambut Prabowo di Singapura
Moskow Peringatkan Pihak Yang Mencoba Ganggu Pertemuan Trump dan Putin