Minggu, 21 Desember 2025

Klaim Damaikan Iran-Israel, Trump Akan Tengahi Konflik Afrika

Photo Author
- Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:31 WIB
Presiden AS, Donald Trump. (Gemalantang.com/Instagram.com/@realdonaldtrump)
Presiden AS, Donald Trump. (Gemalantang.com/Instagram.com/@realdonaldtrump)

GEMALANTANG.COM, AS -- Setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengklaim pihaknya berhasil menghentikan 'perang 12 hari' antara Iran-Israel, sebagian publik internasional kini menyoroti upaya pemimpin AS itu dalam menengahi konflik di wilayah Afrika, antara Republik Demokratik Kongo dan Rwanda.

Upaya Trump itu muncul usai gencatan senjata Israel sebagai negara sekutunya, dengan Republik Islam Iran.

Melihat Kongo-Rwanda yang juga sedang berperang, Trump kini mengumumkan dirinya telah meminta kedua negara untuk menandatangani kesepakatan damai yang difasilitasi Amerika Serikat. 

Baca Juga: Sorotan Khusus: AS Surati Dewan Keamanan PBB

"Ini adalah hari yang hebat bagi Afrika," puji Trump melalui unggahan di Truth Social pada Sabtu, 28 Juni 2025.

Trump kemudian mengaku senang bisa mengatur pertemuan sekaligus penandatanganan perjanjian yang diharapkan menghentikan pertumpahan darah imbas konflik Kongo dan Rwanda. 

Menilik lebih dekat, Kongo, negara di Afrika tengah kini telah terkoyak oleh konflik. Terdapat lebih dari 100 kelompok bersenjata di negara ini. Yang paling menonjol adalah kelompok pemberontak M23 yang didukung oleh negara tetangga Rwanda.  

Baca Juga: ‎Pro-Kontra Pabrik yang Disita Kejati Jambi Diduga Tetap Beroperasi

Dilansir dari AP News, Kongo yang kini menjadi tempat mengungsi bagi 7 juta orang, PBB menyebutnya sebagai "salah satu krisis kemanusiaan yang paling nerkepanjangan, rumit dan serius di bumi,". 

Pada 1994, Rwanda telah menjadi perhatian dunia ketika terjadi genosida akibat pembunuhan massal oleh etnis Hutu di Rwanda terhadap suku minoritas Tutsi yang dimulai pada 6 April 1994.

Di sisi lain, Rwanda adalah negara di Afrika Timur yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Hutu. Dalam konflik antaretnis yang berlangsung selama 100 hari ini, sebanyak 800.000, yang sebagian besar orang Tutsi, menjadi korban pembunuhan massal. 

Baca Juga: Perang Israel-Iran, Dasco: Evakuasi Secara Bertahap

Perihal itu, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott mengklaim AS telah menengahi konflik Kongo-Rwanda salah satunya terkait 'integritas teritorial'.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahmad Ade

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Isu Royalti Menggema di Forum Jepang-ASEAN

Sabtu, 15 November 2025 | 16:46 WIB

Kremlin: Upaya Penyelesaian Konflik Ukraina Terhenti

Sabtu, 8 November 2025 | 13:59 WIB

Aksi Saling Sindir Zohran Mamdani vs Donald Trump

Kamis, 6 November 2025 | 09:19 WIB

Prabowo Warning Dunia Soal ‘Serakahnomics’

Sabtu, 1 November 2025 | 13:19 WIB

Gestur Diplomasi Prabowo Jadi Sorotan di KTT ASEAN

Senin, 27 Oktober 2025 | 09:12 WIB
X