"Ini berarti bahwa mereka kini merekrut pekerja dari berbagai tempat yang jauh, tetapi mereka tidak mau membayar upah mereka. Jika terjadi kesalahan, ini adalah situasi yang sangat berisiko karena para pekerja berpikir mereka akan mendapatkan banyak uang," kata Hall kepada Al Jazeera.
“Ini adalah kesalahan pihak Inggris. Sistemnya rusak dan para pelakunya juga rusak. Mereka lalai dan naif. Mereka telah membuat skema di mana para pekerja harus membayar biaya mereka sendiri, tetapi mereka dapat melakukannya dengan benar dan, jika mereka menjalankannya dengan benar, semuanya akan baik-baik saja.” sambungnya.
Baca Juga: Ketua DPRD Jambi Hadiri Rakerprov Kormi Jambi, Bahas Program Kerja 2024 dan 2025.
Hall mengatakan supermarket di Inggris merupakan bagian utama dari masalah ini karena mereka ingin membeli produk dengan harga termurah, yang berarti bahwa pertanian pada gilirannya tidak ingin membayar biaya perekrutan pekerja.
“Peternakan tidak mau membayar perekrut, dan perekrut kemudian mengharapkan para pekerja untuk membayar sendiri. Supermarket bertanggung jawab atas semua kekacauan ini. Mereka punya uang untuk melakukannya dengan benar. Itu semua hanya tekanan harga.”
Artikel Terkait
Ratusan Roket Katyusha Milik Hizbullah Hantam Israel
100 Jet Tempur Israel Serang 40 Target Peluncuran Di Lebanon
Drone Bunuh Diri Korut Disebut Ancam Keamanan Korsel
Penasehat Keselamatan Reuters Tewas Di Ukraina
Israel Lancarkan Operasi Besar-besaran Di Tepi Barat
Diplomat Tertinggi Uni Eropa Minta Pembatasan Serangan Ke Rusia Dicabut
Warga Israel Mogok Kerja, Pengunjuk Rasa Blokir Tel Aviv
Rentetan Rudal Rusia Guncang Ibu Kota Ukraina
Ukraina Jadi Sasaran Empuk Rudal Rusia, Zelenskyy Bilang Gini
Putin Ungkap Tujuan Utama Perang Dengan Ukraina