GEMALANTANG.COM -- Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Presiden Vladimir Putin dan suara-suara Kremlin lainnya sering mengancam Barat dengan persenjataan nuklirnya.
“Siapa pun yang mencoba menghalangi kita, apalagi menciptakan ancaman bagi negara kita dan rakyatnya, harus tahu bahwa respons Rusia akan segera terjadi dan akan menimbulkan konsekuensi yang belum pernah Anda lihat dalam sejarah.” kata Putin pada hari pertama perang.
"Lihat apa yang tertulis di sana, Jika tindakan seseorang mengancam kedaulatan dan integritas teritorial kami, kami menganggap mungkin untuk menggunakan segala cara yang kami miliki." katanya kepada kantor berita internasional di sesi St. Petersburg.
Baca Juga: Diambang Perang, Banyak Pesawat Di Beirut Batalkan Penerbangan
Sekarang para tokoh garis keras Rusia mendesaknya untuk mengubah doktrin guna menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir, dan Putin mengatakan dokumen tersebut dapat dimodifikasi untuk memperhitungkan situasi global yang terus berkembang.
Lantas, Apa Itu Doktrin Nuklir Rusia ?
Secara formal dikenal sebagai Prinsip Dasar Kebijakan Negara tentang Pencegahan Nuklir. dokumen tersebut ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2020 dan menguraikan kapan Rusia dapat memanfaatkan persenjataan atomnya, yang terbesar di dunia.
Baca Juga: Menlu Israel Sebut Turki Akan Menyerang Negaranya
Dokumen tersebut menggambarkan senjata nuklir sebagai sarana pencegahan, dengan mencatat bahwa penggunaannya merupakan tindakan yang ekstrem dan terpaksa.
Dokumen tersebut juga menyatakan bahwa Rusia mengambil semua upaya yang diperlukan untuk mengurangi ancaman nuklir dan mencegah memburuknya hubungan antarnegara yang dapat memicu konflik militer, termasuk konflik nuklir
Dokumen tersebut turut menyatakan bahwa pencegahan nuklir ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada musuh potensial tentang keniscayaan pembalasan jika terjadi agresi terhadap Federasi Rusia dan/atau sekutunya.
Baca Juga: AS Berupaya Keras Redam Perang Besar Meletus
Menurut doktrin tersebut, Rusia dapat menggunakannya sebagai respons terhadap penggunaan senjata nuklir dan senjata pemusnah massal jenis lain terhadap Rusia dan/atau sekutunya, serta dalam hal agresi terhadap Federasi Rusia dengan menggunakan senjata konvensional ketika keberadaan negara tersebut terancam.
Artikel Terkait
Setelah Korea Utara, Rusia dan Iran Akan Teken Perjanjian Strategis Baru
Pentagon Minta Menteri Pertahanan Rusia Jaga Komunikasi Ditengah Perang
Amerika Serikat Bermain Api, Rusia Ingatkan Soal Doktrin Nuklir
Ada Kekuatan 'Luar Angkasa' Dibalik Militer Ukraina, Ribuan Objek Vital Rusia Terpantau
Presiden Rusia Vladimir Putin Tanggapi Serius Pernyataan Donald Trump
Zelenskyy Minta Rusia Tanggung Jawab, Moskow Bantah Serang Target Sipil Di Kiev
Presiden Korea Selatan Sebut Korea Utara Terlibat Perdagangan Senjata Ilegal Dengan Rusia
Arab Saudi, China dan Indonesia Diam-diam Melobi Barat Soal Aset Rusia
Amerika Serikat 'Isi Amunisi' Ukraina Untuk Hadapi Serangan Rusia
Dubes Rusia Galau, Atletnya Dilarang Dapat Dukungan Di Olimpiade Paris 2024