GEMA LANTANG, JAMBI -- Pembangunan Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi yang diklaim sebagai ikon baru peta pembangunan jangka panjang menuai sorotan tajam.
Pengamat sosial dan ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi menyebut membangun pelabuhan tanpa kesiapan produksi barang dan hilirisasi dalam skala ekonomis serta faktor pendukung lainnya, hanya ilusi.
"Karena itu, disinilah jebakannya. Kita terlalu cepat melompat ke kesimpulan bahwa pelabuhan otomatis akan memproduksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi." katanya, Kamis, 6 November 2025.
Baca Juga: Pelabuhan Peti Kemas Muaro Jambi: Kemajuan atau Beton Ekonomi?
Dr. Ferzi menilai konsensus ilmiah tidak pernah sesederhana itu. Ia juga mengungkapkan soal studi infra-ekonomi, Pritchett & Werker (2023, World Bank Economic Review).
"Istilah yang sangat perlu dicatat untuk konteks ini, 'big push optimism', yakni kecenderungan membesar-besarkan multiplier proyek fisik sebelum memastikan kesiapan ekosistem produksi." bebernya.
Hal ini berdampak bias prediksi, dimana, daerah dibuat percaya pertumbuhan akan tercipta karena pelabuhan dibangun, padahal pelabuhan hanya fasilitas, bukan generator nilai tambah.
Baca Juga: Pelabuhan Peti Kemas Disorot, Pengamat Ingatkan Kawasan Cagar Budaya
Sementara itu, menurut penelitian Zhang dkk (2022, Maritime Policy & Management), menunjukkan bahwa multiplier dampak pelabuhan sangat tergantung faktor hulu.
Yaitu, kapasitas industri manufaktur, kemampuan hilirisasi, kedalaman supply chain domestik, serta stabilitas harga komoditas global.
"Jika komoditas utama daerah masih sawit dan karet mentah, maka pelabuhan tidak otomatis mengubah struktur ekonomi. Pelabuhan hanya mempercepat pengiriman komoditas mentah ke luar dan nilai tambah tetap terbang keluar daerah." sebutnya.
"Dengan kata lain, pelabuhan tanpa industrial upgrading hanya akan memperbesar arus komoditas primer, bukan menumbuhkan industri." tambahnya.
Baca Juga: Berdiri di Atas Tanah dengan Potensi Batu Bara, IKN Dinilai Tak Cocok Jadi Kota