Noviardi juga mengingatkan agar aparat di lapangan tidak menafsirkan aturan ini secara kaku. Istilah keperluan mendesak perlu dijelaskan secara rinci agar tidak menimbulkan salah paham atau tindakan berlebihan.
“Kalau ada anak pulang malam karena bekerja atau membantu orang tua, tentu itu konteks yang berbeda. Aparat harus humanis, bukan represif,” ujarnya.
Meski begitu, ia tetap memberikan apresiasi terhadap langkah Pemkot Jambi yang dinilai sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap generasi muda.
Ia menilai, kebijakan ini bisa menjadi momentum membangun sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam menjaga masa depan anak-anak Jambi.
Baca Juga: Pengguna Jalan Resah Ada 'Pungli' di Paal Merah Kota Jambi
“Ini bukan hanya soal jam malam, tapi tentang arah moral masyarakat kita. Jika dijalankan dengan empati dan kebersamaan, Jambi bisa menjadi contoh kota yang berani melindungi anak tanpa mengorbankan hak-haknya,” tutup Noviardi Ferzi.
Dengan demikian, kebijakan jam malam bagi anak-anak ini menjadi perdebatan yang menarik, antara niat baik pemerintah untuk melindungi generasi muda dan kekhawatiran publik atas potensi pembatasan kebebasan.
Di tangan pelaksana yang bijak, aturan ini bisa menjadi bentuk kasih sayang negara terhadap anak-anaknya, bukan sekadar perintah yang membatasi.