"Belajar dari kasus Pasar Ngasem di Yogyakarta, kita tahu bahwa menghilangkan identitas lama demi menggantinya dengan fungsi baru yang tak relevan hanya akan mengasingkan pasar dari warganya sendiri." imbuhnya.
Sebaliknya, di tempat lain seperti Pasar Bunga Bratang Surabaya atau Pasar Burung Pramuka di Jakarta, pasar justru tumbuh karena mempertahankan tematik yang khas dan memperkuatnya lewat penataan serta promosi yang konsisten.
Baca Juga: Soal PPTB 'Jadi 2' Bukan Keretakan tapi Penyegaran
Revitalisasi Bukan Soal Fisik, Tapi Soal Makna
Dalam kerangka teori tata ruang publik, Montgomery (1998) menegaskan bahwa ruang kota yang berhasil bukanlah ruang yang hanya teratur atau bersih.
Akan tetapi yang memiliki “place identity” kuat, ruang yang punya cerita, punya komunitas, dan mampu membangun kedekatan emosional dengan warganya.
Hal ini juga diperkuat oleh pendekatan placemaking yang digaungkan oleh Project for Public Spaces (2015), dimana keberhasilan ruang kota tergantung pada seberapa besar ia dibentuk oleh dan untuk warganya.
Baca Juga: Teddy dan Sri Mulyani Ungkap Perintah Prabowo soal Ekonomi Indonesia
"Maka, revitalisasi pasar TAC tidak boleh dimulai dari gambar arsitektur, tapi dari pertanyaan mendasar, apa identitas pasar ini, dan siapa komunitas yang akan kita berdayakan?" katanya.
Ia menilai, dengan kekayaan aktivitas yang sudah ada, pasar TAC dapat diarahkan menjadi Pasar Tematik Hobi dan Estetika Kota Jambi.
Yakni pasar yang menampung aktivitas ekonomi sekaligus ekspresi budaya, mulai dari jual beli ikan hias dan burung, hingga batu akik, tanaman hias, dan aksesori hobi. Tidak perlu serba besar, yang penting fokus, khas, dan otentik.
Baca Juga: Dudung Abdurachman Buka Suara soal Darurat Militer
Branding Tematik: Solusi Struktural, Bukan Kosmetik
Branding bukan sekadar label. Dalam konteks revitalisasi pasar, branding tematik adalah strategi keberlanjutan.
Ketika sebuah pasar punya tema yang kuat, baik dari segi desain, komoditas, pengalaman, dan narasi. Maka akan punya peluang besar untuk menjadi bukan hanya pusat ekonomi lokal, tetapi juga destinasi kota yang bernilai wisata.
"Bayangkan jika Pasar TAC dikembangkan sebagai Pasar Ikan Hias dan Flora Tropis Jambi, atau Pasar Komunitas dan Kreativitas Urban. Dengan tata letak yang mendukung, zona tematik yang rapi, promosi berbasis digital, dan dukungan acara tahunan seperti festival ikan hias, kontes burung kicau, atau pameran tanaman hias, maka pasar ini akan hidup lebih lama dan relevan di tengah perubahan zaman" kata arsitek ternama itu.