GEMA LANTANG, JAMBI – Tambang batubara yang selama ini menopang denyut ekonomi Jambi, ada bara yang perlahan membakar kepercayaan.
Bara itu kini menyala terang di tubuh organisasi yang seharusnya menjadi rumah besar bagi pelaku tambang, yaitu Perkumpulan Pengusaha Tambang Batubara (PPTB) Jambi.
PPTB digadang-gadang menjadi motor sinergi antara pengusaha dan pemerintah dalam pembangunan jalan khusus tambang, pengelolaan logistik, hingga hilirisasi industri batubara.
Baca Juga: Diduga Tak Ada Transparansi Keuangan Jadi Pemicu 'Keretakan' PPTB
Namun, belum genap dua tahun berjalan, organisasi ini justru retak dari dalam. Dan retakan itu kini berubah menjadi jurang terjal.
Pecah Kongsi di Tengah Jalan
Awalnya bisik-bisik. Lalu berubah menjadi diskusi hangat. Kini, fakta tak terbantahkan PPTB terbelah.
Sebagian anggota disebut-sebut merasa muak dan kecewa, lalu mendirikan organisasi baru dengan nama yang mirip yakni Perhimpunan Pelaku Tambang Batubara Provinsi Jambi, yang juga menggunakan singkatan PPTB.
Baca Juga: Heboh Angkutan Batubara 'Kode JN' Melintas di Siang Bolong
Apa yang memicu pecah kongsi ini?
Jawabannya, seperti yang selalu jadi benang merah konflik di negeri ini yaitu uang.
Dugaan ketidakterbukaan dalam pengelolaan dana iuran yang dikutip dari para pengusaha tambang. Nilainya fantastis, konon bisa menyentuh puluhan miliar rupiah per tahun.
“Kami semua diminta bayar. Tapi ke mana uang itu pergi? Tidak pernah jelas. Tidak ada laporan. Bahkan dalam musyawarah tahunan pun tidak dibuka,” kata sumber yang meminta diisyaratkan sebagai anonim pada hari Rabu.
Baca Juga: Kendaraan 'Plat Luar' Leluasa Angkut Batubara di Jambi hingga PPTB 'Jadi 2'
Dominasi Segelintir Elit
Lebih jauh, narasumber tersebut menyebut bahwa organisasi ini perlahan berubah arah. Tidak lagi menjadi ruang kolektif bagi pengusaha, melainkan dikuasai oleh segelintir elit yang punya kedekatan kuat dengan lingkar kekuasaan.