"Dengan kondisi seperti itu, pertumbuhan tinggi Jambi lebih mencerminkan momentum awal kebangkitan pascapandemi daripada bukti bahwa provinsi ini telah melampaui kompetitornya." sambungnya.
Karena itu, kata dia, meskipun pertumbuhan 79 persen patut diapresiasi sebagai sinyal positif, tetapi kesimpulan bahwa Jambi sudah “mengungguli” Riau dan Sumatera Selatan tidak dapat dibenarkan tanpa melihat konteks volume kunjungan, performa wisatawan mancanegara, dan faktor kualitas daya tarik wisata.
Baca Juga: Senyum Bahagia Ratusan Ojol Selimuti Saleh Azim di Misoan Diva
"Pertumbuhan persentase hanya satu bagian kecil dari keseluruhan potret. Untuk menilai posisi Jambi secara objektif, dibutuhkan pembacaan data yang lebih menyeluruh agar analisis pariwisata tidak terjebak pada angka yang tampak besar tetapi tidak mencerminkan kekuatan riil di lapangan." jelasnya.
Artikel Terkait
Bareng-in Community Perkuat Gaya Hidup Sehat di Jambi
Pengamat Ungkap Akar Masalah 'Krisis' Ketahanan Pangan di Jambi
Realisasi Proyek PUPR Buktikan Komitmen Maulana Untuk Warga Jambi
68 Posyandu di Kota Jambi Bertransformasi Jadi Posyandu 6 SPM
Mabes Polri Bidik Sektor Tambang Batu Bara di Jambi
Warga Jambi Ngeluh Harga Kebutuhan Pokok Meroket Jelang Nataru
Mengupas APBD Jambi, Ekonom: Tekanan Fiskal Semakin Nyata
Menilik Digitalisasi Zakat dan Ketangguhan SDM Amil Kota Jambi
Pengamat Sebut Isu Mahar Kepsek Kota Jambi Hanya Persaingan Timses
Perkuat PAD, Tirta Mayang Setor Dividen ke Pemkot Jambi