Namun sebagai akademisi yang memegang teguh objektivitas, Martayadi juga memberikan suntikan provokatif yang membangunkan.
Baca Juga: Update Kasus Dugaan Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Ia menilai bahwa berbagai kritik, keluhan, bahkan kecaman yang dilontarkan kelompok tertentu terhadap Tirta Mayang tidak boleh ditanggapi dengan defensif.
“Kritik itu vitamin, bukan racun. Justru tanpa kritik, BUMD bisa tertidur dan merasa sudah hebat. Kritik itu alarm agar pelayanan tidak berhenti di zona nyaman.”
Ia menegaskan bahwa Direksi perlu menjadikan setiap masukan masyarakat sebagai barometer akurat untuk memperkuat kepuasan pelanggan—bukan sekadar mengejar target kuantitas sambungan.
“Yang paling penting bukan hanya berapa banyak pelanggan yang tersambung, tetapi berapa banyak yang merasa puas. Konsistensi pelayanan adalah tolok ukur utama,” katanya.
Ia menegaskan juga bahwa keberlanjutan prestasi ini akan sangat bergantung pada konsistensi Direksi dalam menjaga ritme reformasi internal serta keberanian untuk terus mendorong inovasi.
Baca Juga: Tak Hanya Anita Dewi, Suaminya Ikut Terdampak dari Pekerjaan usai Viral
Pada bagian akhir, Martayadi kembali menekankan pentingnya apresiasi publik terhadap capaian yang telah dicapai.
“Sebagai pengamat dan akademisi, saya melihat kerja mereka bukan dari sudut pandang politis, tetapi dari data dan evidensi empiris. Dan berdasarkan itu, saya menyatakan: kinerja Direksi Tirta Mayang layak diapresiasi dan didorong untuk menjadi role model tingkat nasional,” tutupnya.
Artikel Terkait
Dampak Kemarau, Tirta Mayang Lakukan Operasi Kemarau
Perumda Tirta Mayang Tutup Seluruh Loket Pelayanan Pembayaran Tagihan Air
Perumda Tirta Mayang Jamin Penyaluran Air Bersih Lancar Saat Ramadhan
Dirut Tirta Mayang Buka Suara Soal Rumor Pencemaran Akibat Stockpile PT SAS
Dwike Riantara Terus Berjuang Membesarkan Tirta Mayang
Polemik Siginjai Sakti jadi Peringatan Keras untuk Pansel Tirta Mayang
Pengamat Apresiasi Tirta Mayang Dalam Menjawab Tantangan Dilapangan