GEMA LANTANG -- Sebagian publik tengah ramai menyoroti Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa yang perhatian publik di media sosial (medsos) dengan gaya komunikasinya yang khas, atau kerap disebut dengan gaya koboi.
Di sisi lain, muncul fenomena “Purbaya Everywhere” di media sosial, yakni saat warganet memperbincangkan gaya komunikasi dan citra baru sang Menkeu.
Meski begitu, bagi sebagian kalangan publik, sorotan ini justru mengalihkan perhatian publik dari substansi kebijakan yang dijalankan.
Baca Juga: Muncul dengan Gaya Koboi, Pengamat Sebut Purbaya Sosok Fenomenal
Sindiran dari Pakar Ekonomi: Purbaya Everywhere
Pengamat Ekonomi sekaligus Analis Pasar Modal, Prof. Ferry Latuhihin menilai masyarakat Indonesia kerap terlena dengan gaya populis pejabat publik.
Ferry menyebut target pertumbuhan ekonomi 8 persen masih jauh dari realistis bila pemerintah terus bergantung pada belanja negara tanpa memperluas ruang bagi sektor swasta.
“Saya katakan negara ini terlalu dominan menyetir ekonomi," ujar Ferry dalam siniar YouTube Rakyat Bersuara, pada Rabu, 29 Oktober 2025.
"Kita harus memberikan space yang lebih besar kepada swasta untuk beraktivitas ekonomi, karena swasta yang lebih tahu," tambahnya.
Baca Juga: Ada Perbaikan Ekonomi: Ibaratkan Luka dari Jokowi Disembuhkan Prabowo
Ferry Latuhihin Soroti Suntikan Bansos
Ferry menilai, kebijakan pemerintah yang mengandalkan pajak tinggi dan redistribusi melalui bansos bukan cara organik untuk mendorong ekonomi tumbuh berkelanjutan.
“Ketika penerimaan negara gemuk, barulah pemerintah suntik dana langsung ke masyarakat. Tapi itu bukan langkah yang struktural,” tegasnya.
Ekonom itu menambahkan, aktivitas ekonomi di sektor swasta belum bergerak signifikan karena ruang konsumsi publik masih terbatas.
Dampaknya, penyerapan tenaga kerja rendah dan masyarakat sulit meningkatkan pendapatan.