GEMA LANTANG -- Proyek gasifikasi batubara menjadi dimetil eter (DME) di Muara Enim, Sumatera Selatan, pernah digadang-gadang sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) andalan.
Nilainya fantastis, US$2,1 miliar, dengan harapan bisa mengurangi impor LPG yang setiap tahun membebani neraca energi.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ditunjuk sebagai motor utama, bersama Pertamina dan Air Products asal Amerika Serikat.
Baca Juga: PLN dan Bayang-bayang Korupsi: Transparansi yang Belum Menyala
Namun, sejak 2023 proyek ini praktis mandek. Air Products resmi mundur, membuat pembangunan tak kunjung bergerak. Hingga kini, pemerintah masih mencari mitra baru.
Janji yang Tak Sebanding
Sejak awal, gasifikasi batubara dianggap sebagai jalan keluar untuk menambah nilai tambah. PTBA sendiri berkali-kali menyebut proyek ini bagian dari strategi hilirisasi.
Tetapi menurut lembaga riset energi Institute for Essential Services Reform (IESR), keekonomian proyek DME sangat rapuh. Harga produksi diperkirakan lebih tinggi dibanding LPG impor, sementara subsidi justru bisa semakin membebani APBN.
Baca Juga: PTBA Terjebak Bisnis Kotor Batu Bara di Tengah Tren Energi Hijau
"Proyek DME hanya akan memindahkan beban, bukan solusi transisi energi," kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam laporan yang dipublikasikan 2023, dan dikutip pada Jumat 26 September 2025.
la menekankan bahwa gasifikasi batubara tidak ramah lingkungan karena emisinya tetap tinggi, bahkan berpotensi lebih besar dari LPG.
Investor Meragukan
Dampak dari ketidakpastian ini bukan hanya teknis, tetapi juga reputasi. Menurut catatan Trend Asia, lembaga pemantau transisi energi, mandeknya proyek DME memunculkan keraguan di kalangan investor terhadap komitmen implementasi ESG РТВА.
Baca Juga: CEO Promedia Ajak Para Jurnalis Optimis Bangun Industri Media
"Investor kini lebih hati-hati. Mereka melihat proyek berbasis batubara bukan lagi prospek, tapi risiko," tulis laporan Trend Asia berjudul Jejak Kotor Gasifikasi, yang terbit pada 2024.
Artikel Terkait
PLTU dan Tagihan Sunyi Kesehatan Publik: Ribuan Kematian Dini dan Triliunan Rupiah Melayang
PTBA Terjebak Bisnis Kotor Batu Bara di Tengah Tren Energi Hijau