Namun, Muhammed Shehada, seorang analis di Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan tidak ada bukti sama sekali bahwa al-Sharif terlibat dalam permusuhan apa pun.
“Seluruh rutinitas hariannya adalah berdiri di depan kamera dari pagi hingga malam,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Al Jazeera menuding otoritas Israel memalsukan bukti untuk menghubungkan stafnya dengan Hamas, baru-baru ini mengecam militer Israel karena melancarkan kampanye hasutan terhadap reporternya di Jalur Gaza, termasuk al-Sharif.
Asal tahu saja. Militer Israel telah menewaskan lebih dari 200 wartawan dan pekerja media sejak pemboman dimulai, termasuk beberapa jurnalis Al Jazeera dan kerabat mereka.