GEMALANTANG.COM, KOTA JAMBI -- Akhir-akhir ini dunia konstruksi di Kota Jambi heboh dengan hiruk-pikuk mengenai kejanggalan proses tender pembangunan jembatan di Jalan Sari Bakti, Kota Jambi.
Seorang ahli sipil dan lingkungan di Jambi yang sudah malang melintang di dunia konstruksi di Pulau Jawa dan Sumatera, mengatakan hasil tender proyek yang membuat gaduh tersebut adalah lelucon yang tidak lucu.
"Hasil tender proyek jembatan Jalan Sari Bakti dengan selisih harga pemenang hanya 0.73% di bawah HPS, terus terang saja, ini adalah sebuah lelucon yang sangat tidak lucu bagi siapapun yang paham dapur teknis sebuah penawaran tender" kata Andrew Sihite.
Berdasarkan analisis teknis, Andrew menyebut ini adalah kemustahilan statistik dalam proyek konstruksi, yang artinya, angka penawaran yang presisi mendekati HPS seperti ini nyaris mustahil terjadi dalam sebuah persaingan yang sehat.
"Ini bukan soal kehebatan, ini soal logika yang dilanggar." singkatnya pada hari Senin, 16 Juni 2025 kepada Gemalantang.
Andrew juga menjelaskan sebuah harga penawaran konstruksi, Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah hasil dari ribuan variabel teknis yang kompleks dan unik bagi setiap perusahaan.
"Harga-harga ini fluktuatif dan berbeda antar-supplier dan antar-kontraktor. Tidak ada dua kontraktor yang punya harga beli besi atau harga sewa dump truck yang sama persis" bebernya.
Lebih dalam lagi, pria lulusan Teknik Sipil dari Universitas Sumatera Utara itu juga menjelaskan indirect cost atau biaya tidak langsung serta contingency cost atau biaya risiko, yang disebutnya sebagai DNA sebuah perusahaan.
"Seorang kontraktor berpengalaman akan memasukkan margin untuk risiko teknis di lapangan, misalnya risiko longsor, cuaca buruk, atau kenaikan harga material mendadak. Besaran persentase risiko ini murni kebijakan internal. Profit margin yang merupakan angka paling rahasia." katanya.
Kemudian HPS, di sisi lain, adalah perhitungan dari sisi panitia (Pokja) yang menggunakan standar harga pemerintah dan asumsi-asumsi mereka sendiri.