Sikap skeptis ini juga ditangkap Reuters. Dalam laporannya, selain terkendala investor, PTBA juga menghadapi tekanan pasar karena ekspor batubara Indonesia menurun tajam.
Baca Juga: Heboh Angkutan Batubara 'Kode JN' Melintas di Siang Bolong
Permintaan domestik dari smelter nikel diperkirakan hanya akan bertahan sampai 2026. Kombinasi faktor ini membuat posisi PTBA semakin sulit mengandalkan hilirisasi yang belum jalan, sementara pasar utama perlahan menyusut.
Rawan Jadi Beban
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar, untuk siapa sebenarnya proyek DME ini? Jika tetap dipaksakan, subsidi bisa membengkak, emisi meningkat, sementara daya saing energi bersih makin terhambat.
"Kalau proyek ini gagal, yang rugi bukan hanya PTBA, tapi juga kepercayaan publik terhadap PSN," kata peneliti energi dari Trend Asia.
Baca Juga: PLTU dan Tagihan Sunyi Kesehatan Publik: Ribuan Kematian Dini dan Triliunan Rupiah Melayang
Dengan sederet catatan itu, gasifikasi batubara di Muara Enim semakin sulit dipertahankan sebagai simbol hilirisasi. Narasi besar mengurangi impor LPG tidak sebanding dengan risiko finansial.(***)