"Jepang dan Korea Selatan telah menyatakan minat kuat terhadap pasokan ini. Artinya, proyek ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga diplomasi energi yang akan memperkuat posisi Indonesia di tingkat regional maupun global,” sambung Yuliot.
Kementerian ESDM juga mencatat, langkah ini sejalan dengan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) serta program unggulan Kementerian ESDM 2025–2029.
Pertama, Transisi Energi dan Dekarbonisasi, dengan target bauran energi terbarukan 23% pada 2025 dan meningkat hingga 31% pada 2029.
Baca Juga: Rincian Anggaran Pendidikan 2026 Senilai Rp757,8 Triliun
Kedua, Peningkatan Ketahanan Energi, menjadikan hidrogen hijau sebagai bagian dari strategi diversifikasi bahan bakar.
Ketiga, Pemberdayaan Ekonomi Daerah, memastikan proyek strategis nasional memberi manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
“Dengan commissioning tahap awal yang ditargetkan beroperasi penuh pada 2026, Ulubelu diharapkan menjadi proof-point teknologi bahwa Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan energi domestic. Tetapi juga siap menjadi pemain utama dalam rantai pasok energi bersih global,” jelas Yuliot menambahkan.