"Saya melakukan mutasi ke Jawa Barat, karena sebagai Gubernur Jawa Barat tidak elok kalau saya menggunakan nomor Jakarta," katanya dalam video itu.
Ia menilai bahwa sebagai pejabat publik, seharusnya memberikan contoh dengan membayar pajak kendaraan di wilayah yang ia pimpin, agar pajak tersebut bisa dimanfaatkan oleh warganya sendiri.
"(Kalau pelat nomor) Jabar, nanti saya membayar pajaknya di Jabar untuk kepentingan Jabar," sambungnya.
Kebijakan ini menurutnya sudah menjadi tradisi sejak dirinya masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Ia menyebut selalu mengganti pelat nomor kendaraan menjadi sesuai dengan wilayah kepemimpinannya.
"Saya pastikan mobil yang saya gunakan, motor yang saya pakai, sudah bernomor Jabar," ujar Dedi.
"Dari dulu saya punya tradisi, ketika saya menjadi Bupati Purwakarta, seluruh nomornya itu nomor Purwakarta," lanjutnya.
Langkah mutasi pelat ini juga dimaksudkan untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya kontribusi melalui pajak daerah.
Dedi berharap, langkah ini dapat menginspirasi warga agar lebih peduli terhadap kontribusi pajak lokal.
Dengan memindahkan data kendaraan ke Jawa Barat, maka potensi pendapatan dari pajak kendaraan bermotor bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang nantinya akan digunakan untuk berbagai program pelayanan publik.
Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Jabar, Taufik Nurrohim, juga menilai bahwa mutasi kendaraan ke Jawa Barat merupakan langkah tepat untuk mendukung transparansi dan kontribusi pada daerah sendiri.
Baca Juga: Mantan Presiden Brazil Dipenjara Karena Korupsi dan Pencucian Uang
"Program penghapusan denda pajak yang dijalankan Pemprov harus diiringi dengan keteladanan dari pemimpinnya," ujar Taufik.
Ia pun menegaskan pentingnya pejabat memberikan contoh dalam pembayaran pajak, agar tidak menimbulkan persepsi buruk di tengah masyarakat.
“Sudah semestinya pajak kendaraan dibayar tepat waktu dan di tempat yang sesuai,” tegasnya.