"Ini berarti bahwa mereka kini merekrut pekerja dari berbagai tempat yang jauh, tetapi mereka tidak mau membayar upah mereka. Jika terjadi kesalahan, ini adalah situasi yang sangat berisiko karena para pekerja berpikir mereka akan mendapatkan banyak uang," kata Hall kepada Al Jazeera.
“Ini adalah kesalahan pihak Inggris. Sistemnya rusak dan para pelakunya juga rusak. Mereka lalai dan naif. Mereka telah membuat skema di mana para pekerja harus membayar biaya mereka sendiri, tetapi mereka dapat melakukannya dengan benar dan, jika mereka menjalankannya dengan benar, semuanya akan baik-baik saja.” sambungnya.
Baca Juga: Ketua DPRD Jambi Hadiri Rakerprov Kormi Jambi, Bahas Program Kerja 2024 dan 2025.
Hall mengatakan supermarket di Inggris merupakan bagian utama dari masalah ini karena mereka ingin membeli produk dengan harga termurah, yang berarti bahwa pertanian pada gilirannya tidak ingin membayar biaya perekrutan pekerja.
“Peternakan tidak mau membayar perekrut, dan perekrut kemudian mengharapkan para pekerja untuk membayar sendiri. Supermarket bertanggung jawab atas semua kekacauan ini. Mereka punya uang untuk melakukannya dengan benar. Itu semua hanya tekanan harga.”