“Uang saya sudah saya habiskan. Sebelumnya, saya membeli barang bekas dan menjualnya di pinggir jalan. Saya sudah melakukannya selama 25 tahun dan itu cukup untuk menghidupi keluarga,” katanya.
“Semua informasi tentang skema itu dikirim melalui Forkom, dan mereka membuat janji-janji yang tidak mereka tepati. PT Mardel juga mengatakan bahwa kami perlu mentransfer uang kepada mereka untuk mengamankan pekerjaan kami di Inggris.” bebernya.
Baca Juga: Teriakkan 'Bebaskan Palestina' Menggema Di Paris
“Istri dan anak-anak saya menderita karena semua uang kami habis. Saya tidak mampu membayar biaya sekolah anak-anak saya dan uang saku mereka. Dampak terbesarnya adalah pada keluarga saya. Saya selalu bertengkar dengan istri saya sekarang karena kami tidak punya uang.” kata Ali dikutip Al Jazeera, Jum'at (06/09/2024).
Dalam pernyataan yang dikirimkan kepada media internasional tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di London mengatakan pihaknya mengetahui adanya laporan tentang pemetik buah Indonesia yang dieksploitasi di Inggris.
Baca Juga: Drone Bunuh Diri Korut Disebut Ancam Keamanan Korsel
“KBRI London mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk memastikan penempatan tenaga kerja migran musiman Indonesia ke Inggris sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku di kedua negara,” kata KBRI.
Kedutaan mengatakan bahwa mereka mengetahui bahwa 136 pekerja musiman telah tiba di Inggris dan ditempatkan di tujuh tempat kerja di Inggris pada 22 Juli 2024.
Baca Juga: Angkutan Batubara Di Jambi Melintas Diam-diam
“Penempatan pekerja musiman tersebut sesuai dengan rekomendasi Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia dan verifikasi serta konsultasi dengan otoritas terkait di Inggris,” katanya.
Menanggapi tuduhan adanya pungutan liar selama proses perekrutan, Kedutaan Besar AS menyatakan mendukung investigasi dan penegakan hukum oleh pihak berwenang di Indonesia dan Inggris, termasuk mendorong investigasi oleh GLAA.
Andy Hall, seorang aktivis hak buruh yang mendukung pekerja Indonesia, mengatakan perusahaan-perusahaan Inggris semakin beralih ke pekerja migran karena Brexit.
Baca Juga: Warga Israel Mogok Kerja, Pengunjuk Rasa Blokir Tel Aviv