GEMA LANTANG, JAMBI -- Akademisi yang juga pengamat kebijakan publik Dr. Noviardi Ferzi semakin tajam mengkritisi Program Kampung Bahagia yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Jambi saat ini.
Program milik Pemerintahan Maulana itu disebutnya sebagai kebijakan publik yang penuh hasrat.
Dalam program tersebut, setiap RT akan diberikan dana bantuan sebesar Rp100 juta, dan langkah ini dinilai sebagai upaya untuk menggeser fokus pembangunan dari 'top-down' menjadi berbasis komunitas.
Namun, implementasi program yang baru menyentuh 67 RT sebagai percontohan dari total 1.650 RT di Kota Jambi tersebut, justru menuai sorotan tajam.
Baca Juga: Tantangan Program Maulana dalam Membangun 'Bahagia' dari Akar Rumput
Dr. Ferzi menilai bahwa klaim keberhasilan yang disampaikan oleh Wali Kota Jambi Dr. dr. Maulana terlalu dini dan berpotensi menimbulkan keraguan atas program tersebut.
Bahkan, ia memandang strategi pilot project ini memiliki dua sisi, meskipun berfungsi sebagai uji coba yang pragmatis untuk memvalidasi mekanisme penggunaan dana yang transparan.
Dalam hal indikator keberhasilan. Ia menyoroti bahwa narasi kesuksesan tidak boleh hanya didasarkan pada retorika antusiasme atau output fisik.
Baca Juga: Setelah Bupati Ponorogo Jadi Tersangka, KPK Bidik Proyek Monumen Reog
"Keberhasilan sejati program ini, terletak pada metrik non-fisik yang terukur dan transparan, meliputi pelembagaan gotong royong, peningkatan aktivitas sosial, dan tingkat kemandirian RT dalam memelihara sarana." katanya.
"Keberhasilan pada skala 4% tidak secara otomatis menjamin kesuksesan replikasi ke 96% sisanya," timpal Dr. Ferzi, Senin, 10 November 2025.
Meski demikian, Pemerintah Kota Jambi telah menunjukkan respons positif dengan mengevaluasi dan memperbaiki skema pendanaan dengan klasifikasi RT untuk mengatasi ketidakadilan anggaran.
Baca Juga: Momen Haru Kepulangan Bilqis, Balita asal Makassar yang Ditemukan di Jambi