Akan tetapi, Pengamat Kebijakan Publik dan Sosial itu tak menampik bahwa klaim Wali Kota Maulana tentang program ini disambut antusias dan akan menjadi model pembangunan partisipatif yang menjanjikan.
"Namun, narasi keberhasilan tidak boleh hanya didasarkan pada retorika antusiasme. Indikator keberhasilan yang sebenarnya harus dipertajam dan di transparankan." sebutnya.
Dr. Ferzi beranggapan bahwa keberhasilan sejati Program Kampung Bahagia besutan Wali Kota Maulana ini terletak pada metrik non-fisik.
Baca Juga: Deret Pengakuan Tokoh yang Tersandung Kasus Ijazah Palsu Jokowi
Yang meliputi, sejauh mana semangat gotong royong, peningkatan aktivitas sosial dan kepedulian warga, dan bagaimana kemandirian RT dalam memelihara hingga mengembangkan sarana yang telah dibangun.
"Keberhasilan pada skala 4% tidak secara otomatis menjamin kesuksesan replikasi ke 96% sisanya, menuntut data evaluasi yang terukur dan komprehensif" sebutnya.
Meski demikian, Dr. Ferzi mengakui bahwa Program Kampung Bahagia adalah inovasi kebijakan publik yang berpotensi menjadi legacy Pemerintahan Maulana, yang menjanjikan perubahan positif yang mendalam melalui pemberdayaan.
Baca Juga: Disdik DKI Terbitkan Surat Edaran Antisipasi Keamanan Sekolah Pascaledakan SMAN 72
"Agar potensi ini terealisasi, Pemerintah harus menyajikan data evaluasi yang transparan dan terukur dari 67 RT percontohan, mengukur tidak hanya output tetapi juga outcome dan impact sosial." ujarnya.
"Replikasi ke seluruh 1.650 RT harus dijamin dengan konsistensi alokasi dana, pengawasan yang ketat, dan partisipasi masyarakat yang berkelanjutan." tambahnya.