Kepastian pertama datang dari BMKG Kertajati, Fuad mengaku masih mengumpulkan data soal cahaya merah yang memicu geger warga di Cirebon.
Terlebih, dari pantauan cuaca, wilayah itu dinyatakan cerah berawan tanpa potensi petir.
“Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” tegas Fuad.
Ia lantas menjelaskan, dentuman keras bisa muncul karena banyak hal—tak hanya meteor, tapi juga aktivitas di darat.
Baca Juga: Pengamat 'Kuliti' Kebijakan Walikota Maulana soal 7 SPBU
Di sisi lain, BMKG menegaskan tidak mencatat adanya getaran signifikan di sekitar lokasi.
“Terkait fenomena meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan lembaga yang membidanginya seperti BRIN,” tukas Fuad.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin mempunyai pandangan tegas terkait fenomena ini.
Lewat unggahan Instagram pribadinya @t_djamal pada Senin, 6 Oktober 2025, Thomas menuturkan semua tanda mengarah pada satu kesimpulan, yakni tentang adanya meteor besar melintas di atas langit Cirebon.
“Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas memasuki wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon dari arah barat daya sekitar pukul 18.35 sampai 18.39 WIB,” terang Thomas.
Thomas merujuk pada data BMKG yang mencatat getaran pukul 18.39.12 WIB serta rekaman CCTV yang menampilkan cahaya meluncur di langit.
Baca Juga: Kejagung Tunggu Konfirmasi Interpol soal 'Red Notice' Riza Chalid
“Ketika memasuki atmosfer yang lebih rendah menimbulkan gelombang kejut berupa suara dentuman dan terdeteksi oleh BMKG Cirebon,” ungkapnya.
Menurutnya, benda langit itu kemungkinan jatuh di Laut Jawa setelah menembus atmosfer rendah.