Kondisi tersebut membuat hubungan dagang kedua negara berada di titik rawan. Meski begitu, negosiasi di Kuala Lumpur dianggap sebagai langkah awal untuk meredakan ketegangan dan mencari keseimbangan kepentingan.
Misi Politik dan Ekonomi Trump
Berdasarkan laporan Reuters, Presiden Trump dijadwalkan melakukan kunjungan ke Asia selama 5 hari dengan agenda di Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent menuturkan, pertemuan langsung Trump dengan Xi Jinping di Seoul pada 30 Oktober 2025 mendatang menjadi fokus utama perjalanan tersebut.
Baca Juga: Terpilih Aklamasi, Maskun Sopwan Nahkodai JMSI Jambi 2025-2030
“Pertemuan nanti akan menjadi ajang uji kemampuan negosiasi Trump di tengah tekanan perang dagang dan geopolitik,” ujar Scott Bessent di Washington, AS, pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Scott menjelaskan, pertemuan itu bersifat informal namun penting secara simbolik untuk menjaga komunikasi antara kedua pemimpin.
Meski tidak diharapkan menghasilkan kesepakatan besar, pertemuan ini bisa membuka peluang kompromi.
Beberapa opsi yang dibahas antara lain perpanjangan tarif yang berlaku, pembelian produk pertanian AS oleh China, atau pelonggaran ekspor chip komputer berteknologi tinggi ke Beijing.
Pasar Dunia Menunggu Hasilnya
Kabar positif dari Kuala Lumpur disambut baik oleh pasar global. Bursa saham di Asia dan Amerika mencatat penguatan tipis setelah laporan pembahasan berjalan lancar.
Dari sisi pasar bagi para investor, kini terdapat peluang bagi kedua negara untuk memperbaiki hubungan dagang dan menekan ketidakpastian ekonomi.
Baca Juga: China Klaim Proyek Whoosh Buka Lapangan Kerja
Meski demikian, dunia berharap pertemuan antara Trump dan Xi bisa menghasilkan komitmen yang lebih stabil dalam sisi perang dagang yang kian panjang.
Terlebih, hal tersebut juga akan menentukan arah perekonomian global pada tahun-tahun mendatang.