Xiomi Aguilar sebagai salah seorang warga Peru, mengaku secara terang-terangan menyebut partai politik sebagai mafia.
Baca Juga: Bendera Palestina Berkibar di London, Prancis Tak Mau Ketinggalan
“Saya sangat marah, saya merasa benar-benar disesatkan oleh pemerintah ini. Dan Kongres ini yang melayani partai-partai politik,” ujar Xiomi dalam laporan yang sama.
Sehari sebelumnya, demonstrasi juga digelar dekat kantor presiden dan parlemen. Kendati demikian, demonstrasi sempat terpukul mundur oleh aparat setempat.
Saat kericuhan pecah di Peru, sejumlah jurnalis juga dikabarkan menjadi korban. Fotografer dari media lokal "Hildebrandt En Sus Trece", Cesar Zamalloa menceritakan dirinya terkena tembakan aparat.
“Saat itulah saya merasakan benturan di kaki dan pinggul saya,” ungkap Cesar.
Baca Juga: Tak Ada Lagi Ketimpangan, BBM Satu Harga Satukan Indonesia
Asosiasi Jurnalis Nasional Peru (ANP) melaporkan sedikitnya 6 jurnalis mengalami luka saat meliput aksi demonstrasi di Kota Lima, Peru.
Berkaca dari aksi protes di Peru bukanlah sebuah peristiwa tunggal. pola aksi demonstrasi serupa juga terjadi di Filipina yang diinisiasi oleh para Gen Z.
Filipina: Gelombang Besar di Manila
Di Filipina, pola aksi serupa terlihat jelas. Diketahui, ribuan Gen Z memadati Taman Rizal di Manila dan Kuil EDSA di Kota Quezon, pada Minggu, 21 September 2025.
Dalam tuntutannya, mereka mengecam skandal korupsi proyek pengendalian banjir. Jumlah demonstran melonjak dari 4.000 menjadi 15.000 orang hanya dalam satu jam, berkat seruan cepat yang tersebar lewat platform digital.
Baca Juga: Menelaah Usulan DPR untuk BGN Libatkan Sekolah dalam Penyajian MBG
"Ketika massa mencoba menuju Istana Malacanang, polisi menghadang dengan gas air mata dan menangkap puluhan remaja," demikian laporan dari The Manila Times, pada Minggu, 21 September 2025.
Aksi demonstrasi di Filipina yang bertajuk “Baha sa Luneta: Aksyon laban sa Korapsyon” dipenuhi teriakan lantang.