GEMALANTANG.COM -- Presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian adalah seorang moderat yang dikenal tidak menonjolkan diri, dokter bedah jantung berusia 69 tahun itu berhasil mengalahkan Saeed Jalili pada putaran kedua pemilihan Presiden Iran pada Jum'at (05/07/2024) kemarin.
Pezeshkian telah berjanji untuk mempromosikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, meredakan ketegangan atas negosiasi yang kini terhenti dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dan meningkatkan prospek liberalisasi sosial dan pluralisme politik.
Presiden Iran terpilih itu juga berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi yang sedang lesu, yang dilanda salah kebijakan, korupsi negara, dan sanksi AS.
Baca Juga: Masoud Pezeshkian Ungguli Suara Saeed Jalili Di Putaran Kedua Pilpres Iran
Perlu diketahui, Iran memiliki dua sistem pemerintahan yakni pemerintahan ulama dan republik, dibawah sistem ganda ini presiden tidak dapat mengawali perubahan kebijakan besar apa pun terkait program nuklir Iran atau dukungan terhadap kelompok milisi di Timur Tengah.
Hal itu merupakan kebijakan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang memegang kendali penuh atas masalah-masalah tingkat tinggi negara.
Akan tetapi, Presiden Iran dapat memengaruhi nada kebijakan Iran dan dia akan terlibat erat dalam memilih pengganti Khamenei, yang sekarang berusia 85 tahun.
Baca Juga: Bikin Kaget, Vladimir Putin Serukan 'Penghentian Total' Perang Ukraina
Pezeshkian setia pada pemerintahan teokratis Iran tanpa berniat untuk berhadapan dengan para petinggi keamanan dan pemimpin ulama yang berkuasa.
Menurut ulasan Reuters mengutip Pezeshkian pada debat dan wawancara TV, dia berjanji untuk tidak menentang kebijakan pemimpin tertinggi Iran itu.
"Jika saya mencoba tetapi gagal memenuhi janji kampanye saya, saya akan mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan politik dan tidak melanjutkannya. Tidak ada gunanya menyia-nyiakan hidup kita dan tidak dapat melayani rakyat kita yang kita kasihi," imbuhnya.
Baca Juga: Petinggi Hamas Temui Pemimpin Hizbullah, Bahas Perang Atau ?
Sementara itu, pada tahun 2022, Pezeshkian menuntut klarifikasi dari pihak berwenang tentang kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal dalam tahanan setelah ditangkap karena diduga melanggar undang-undang yang membatasi pakaian wanita.