"Mengingat tingkat pekerjaan yang rendah ini, seorang anak yang lahir hari ini di Nepal diperkirakan hanya akan mencapai 18 persen dari potensi produktivitasnya," tulis laporan Bank Dunia.
Faktor lain yang memperparah keadaan adalah terbatasnya penciptaan lapangan kerja, dominasi sektor informal, serta rendahnya partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja.
Hal-hal ini menghambat upaya Nepal untuk membangun sumber daya manusia yang lebih produktif.
Baca Juga: Kemlu RI Intensif Koordinasi dengan Peru, Usut Tuntas Kematian Zetro Leonardo
Dari sisi ekonomi makro, terdapat secercah kabar positif. Produk Domestik Bruto (PDB) riil Nepal tumbuh 4,9 persen pada semester I 2025, naik dari 4,3 persen pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor pertanian dan industri.
Kendati demikian, Bank Dunia mencatat, peningkatan itu sebagian diimbangi perlambatan di sektor jasa. Dengan kata lain, perkembangan ekonomi Nepal belum merata di semua sektor.
Di balik angka pertumbuhan tersebut, sektor keuangan justru menghadapi masalah serius.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Ungkap Arahan Presiden Percepat Ekonomi Nasional
"Rasio pinjaman bermasalah (NPL) meningkat hingga 4,9 persen pada pertengahan 2025, rekor tertinggi dalam sejarah Nepal," demikian tertulis dalam laporan Bank Dunia.
Kisruh yang terjadi seolah menjadi cermin ironi ketimpangan ekonomi. Kini, lebih dari 30 juta rakyat Nepal masih hidup dalam kemiskinan, sementara segelintir orang kaya menikmati kemewahan berkali lipat lebih besar dari warga miskin.
Artikel Terkait
Kemlu RI Intensif Koordinasi dengan Peru, Usut Tuntas Kematian Zetro Leonardo
Menkeu Purbaya Ungkap Arahan Presiden Percepat Ekonomi Nasional
Kasubsektor Taman Rajo Serukan Elemen Masyarakat untuk Perangi Narkoba
Publik Diminta Aktif Kawal 'Isi' RUU Perampasan Aset
Gubernur Koster Sebut 2 Korban Tewas dan 4 Orang Hilang Imbas Banjir Besar
Ratusan Pedagang di Denpasar Tekor Gegara Barang Jualan Terseret Banjir
DPR Ingatkan Menkeu Purbaya soal Masih Banyak Warga yang Terdampak PHK
Djuyamto Akui Terima Suap Rp40 Miliar di Skandal Vonis Lepas CPO
PPTB Jambi Pecah Diduga Karena Tak Mampu 'Menyetir' Asnawi
Telisik Awal Mula Gejolak Demonstrasi di Nepal, ada Korupsi hingga Medsos