"Kami sedang mencoba renegosiasi kontrak take-or-pay dengan Independent Power Producers. Kalau berhasil, potensi penghematannya bisa Rp 40 triliun," kata Dadan pada Kontan, Januari 2023.
Pemerintah bahkan sempat mewacanakan menaikkan daya listrik rumah tangga miskin dari 450 VA menjadi 900-1200 VA, tanpa menaikkan tarif, supaya surplus listrik miskin dari 450 VA menjadi 900-1200 VA, tanpa menaikkan tarif, supaya surplus listrik bisa diserap. Tapi wacana itu terbentur anggaran subsidi dan belum terealisasi.
Baca Juga: Kutip Pidato Prabowo di PBB, PM Kanada: Sangat Fasih dan Kuat
Oversupply dari Pembangkit Kotor
Dampak oversupply ini bukan hanya soal kerugian keuangan. Surplus yang sebagian besar berasal dari pembangkit kotor batu bara membuat ruang bagi energi terbarukan semakin sempit.
"Investor Energi Baru Terbarukan (EBT) jadi ragu, karena permintaan tidak jelas. Padahal kita sedang dikejar target transisi energi," tulis laporan Trend Asia.
Kini PLN seakan berada dalam dilema, punya banyak listrik tapi tidak bisa menjualnya, rugi triliunan, dan sekaligus dituntut mempercepat transisi energi.
Baca Juga: Bahlil Tegur Bos PLN, Arief Rosyid: Tak Boleh Ada yang Salah
Di masyarakat, listrik tetap menyala dengan stabil, tapi di balik itu ada persoalan besar yang berpotensi jadi beban negara.
Sederhananya, PLN sedang mengalami paradoks, lampunya nyala terang, tapi duitnya pelan-pelan padam.