Ia mengatakan bahwa pendudukan tersebut menghadapi defisit yang melebihi 8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Brik mengungkapkan bahwa pejabat di Kementerian Keuangan Israel khawatir bahwa defisit akan meningkat menjadi 9% dari PDB tahun ini, angka yang jauh melebihi target 6,6% yang diharapkan pemerintah.
Baca Juga: Ketua DPRD Jambi Bacakan Teks Proklamasi di Upacara HUT ke 79 RI
"Banyak penggerak utama pertumbuhan ekonomi Israel, khususnya pengusaha teknologi tinggi, meninggalkan Israel," kata Brik dikutip Al Mayadeen, Senin (19/08/2024).
Pejabat Israel yang sudah pensiun itu menyoroti bahwa lebih dari seratus ribu warga Israel yang dievakuasi telah kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji.
Akibatnya, orang-orang ini tidak lagi memberikan kontribusi terhadap pendapatan pemerintah melalui pajak. Namun, sebaliknya, mereka bergantung pada subsidi pemerintah.
Baca Juga: Kesempatan Terakhir Untuk Mencapai Gencatan Senjata Di Gaza
"Perang yang terus berlangsung antara Israel dan Hamas serta Hizbullah tidak hanya akan gagal menyebabkan keruntuhan Hamas dan tentu saja bukan Hizbullah, tetapi justru sebaliknya, perang ini menguras dan menghancurkan Negara Israel di beberapa bidang," tegas Brik.
Israel tengah menghadapi serangkaian masalah ekonomi, sosial, dan politik yang muncul akibat perang yang terus berlanjut di Gaza dan dampaknya di berbagai bidang.
Media Israel memperkirakan bahwa perang tersebut telah merugikan ekonomi Israel hampir 250 miliar shekel Israel atau sekitar $67,5 miliar.
Baca Juga: Objek Wisata di Batanghari Makin Tangguh, Warga: Mampu Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Sedangkan, pasukan Israel dan lembaga keamanan juga diperkirakan akan menghabiskan 20 miliar shekel atau sekitar $5,4 miliar.