GEMA LANTANG, JAMBI -- Pengamat kebijakan publik dan pembangunan infrastruktur yang juga sebagai Sekretaris Forum Perumahan dan Kawasan Permukimam Provinsi Jambi (Forum PKP), Martayadi Tajuddin, memberikan apresiasi sekaligus catatan terhadap capaian kinerja Perumdam Tirta Mayang yang dinilainya mengalami kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Ia menilai perusahaan air minum milik Pemerintah Kota Jambi itu kini berada pada titik penting, di mana keberhasilan yang diraih harus menjadi fondasi untuk melompat lebih jauh—bukan sekadar dirayakan sebagai pencapaian akhir.
Martayadi menyebut, keberhasilan Tirta Mayang menembus lebih dari 100.000 sambungan pelanggan, naik kelas menjadi BUMD air minum kategori besar, serta mampu menyetor dividen miliaran rupiah kepada Pemkot Jambi, merupakan indikator bahwa tata kelola perusahaan telah bergerak ke arah yang lebih profesional dan modern.
Baca Juga: Kades Super Tangguh Terima Oleh-oleh, Ini Pesan Fadhil Arief
“Kita harus mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Tirta Mayang menunjukkan transformasi yang tidak sederhana. Capaian ini layak diapresiasi dan dapat menjadi rujukan bagi BUMD air minum lain di Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, Martayadi menegaskan bahwa apresiasi tersebut tidak boleh menutupi berbagai persoalan struktural yang masih membatasi potensi perusahaan.
Ia menyebut tingkat kebocoran air sebagai salah satu isu paling krusial yang harus segera diatasi. Menurutnya, kebocoran air bukan sekadar masalah teknis, tetapi mencerminkan efisiensi operasional dan kesehatan finansial perusahaan.
“NRW [Non Revenue Water] itu bukan sekadar angka. Ia adalah indikator inefisiensi yang berimplikasi langsung pada kerugian ekonomi dan kualitas layanan publik. Isu ini harus menjadi prioritas utama bagi manajemen,” tegasnya.
Baca Juga: Perkuat PAD, Tirta Mayang Setor Dividen ke Pemkot Jambi
Selain itu, Martayadi menilai bahwa kualitas air juga harus ditingkatkan secara progresif. Ia berpandangan bahwa standar pelayanan air bersih sudah waktunya bergeser menuju standar air siap minum, sebagaimana diterapkan di sejumlah kota besar di dalam negeri.
“Kalau Tirta Mayang ingin menjadi BUMD modern yang kompetitif, orientasinya tidak boleh sekadar air bersih. Target berikutnya harus air yang aman diminum langsung, paling tidak pada kawasan tertentu dalam kota. Itu baru lompatan layanan publik,” kata Martayadi.
Ia juga menyoroti kebutuhan perluasan jaringan layanan, terutama pada kawasan perumahan baru yang berkembang pesat di Kota Jambi.
Menurutnya, pertumbuhan kawasan permukiman harus diimbangi dengan penyediaan infrastruktur air minum yang memadai agar masyarakat tidak tertinggal dari sisi layanan dasar.