Waspada Lahar Dingin
Tingginya curah hujan selama 2 hari terakhir memicu kekhawatiran mengenai lahar dingin yang terbentuk dari tumpukan material vulkanik.
PVMBG menilai, aktivitas erupsi masih tergolong tinggi meski guguran awan panas tidak terdeteksi hari ini.
“Yang kami khawatirkan saat ini adalah potensi bencana kedua. Erupsi masih terjadi 36 hingga 45 kali dalam 12 jam," terang Hadi.
Baca Juga: Menilik Langkah Menkeu Purbaya, Ekonom: Sudah Tepat
"(Hal itu) berarti material vulkanik terus menumpuk di sekitar kawah dan berpotensi jadi banjir lahar dingin,” sambungnya.
Di samping itu, Hadi menegaskan penggabungan material vulkanik dan hujan lebat dapat memicu aliran yang tiba-tiba turun menuju sungai yang berhulu di puncak Semeru.
Berdasarkan pemantauan PVMBG, kondisi lereng dan puncak Semeru dipenuhi material yang rentan terbawa hujan.
Oleh karena itu, aktivitas masyarakat termasuk penambang pasir dilarang keras berada dalam radius 20 kilometer arah tenggara hingga selatan.
Area steril sejauh 8 kilometer dari puncak juga tetap diberlakukan untuk mencegah potensi lontaran batu pijar.
Baca Juga: Polisi Perpanjang Pencekalan Roy Suryo Cs Selama 6 Bulan
Semburan Awan Panas Sejauh 5,5 Km
Sebelumnya diketahui, kondisi kritis di Semeru ini berawal dari erupsi besar yang terjadi pada Rabu, 19 November 2025.
Saat itu, warga di sekitar lereng Semeru sempat panik dan berteriak histeris setelah melihat guguran awan panas yang meluncur deras dari puncak.
Secara terpisah, Kepala BPBD Lumajang, Isnugroho telah menyampaikan, Gunung Semeru melepaskan awan panas sejauh 5,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan, Lumajang.
Kolom abu membumbung tinggi, berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal yang condong ke arah barat laut hingga utara.