GEMA LANTANG, KOTA JAMBI -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah indikator strategis Kota Jambi periode November 2025 yang masih perlu menjadi perhatian bersama.
Pada Oktober 2025, tingkat inflasi year on year (y-on-y) Kota Jambi tercatat sebesar 2,68 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,53.
Kenaikan inflasi tersebut dipicu oleh meningkatnya harga pada sembilan kelompok pengeluaran utama. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 5,50 persen.
Secara month to month (m-to-m), inflasi justru mengalami penurunan sebesar -0,22 persen, Sementara itu, inflasi year to date (y-to-d) tercatat 2,05 persen.
Baca Juga: Pengamat: Pelabuhan Peti Kemas Bisa Jadi Ilusi Pertumbuhan Ekonomi
Pengamat Ekonomi, Dr. Noviardi Ferzi melihat stabilitas harga dan kerentanan ekonomi di Kota Jambi menunjukkan sebuah anomali jangka pendek dengan terjadinya deflasi.
"Deflasi singkat ini mengindikasikan penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam satu bulan, yang dapat membantu menstabilkan biaya hidup." katanya, Kamis, 6 November 2025.
Dr. Ferzi juga mengingatkan soal tekanan harga secara agregat masih membayangi, yang merujuk pada inflasi kumulatif hingga Oktober dan inflasi tahunan tersebut.
"Angka inflasi tahunan ini mengisyaratkan adanya kenaikan harga moderat yang perlu diawasi secara cermat agar tidak menggerus daya beli masyarakat." ujarnya kepada Gema Lantang.
Baca Juga: Dana Rp100 Juta per RT, Gebrakan Maulana yang 'Diuji Sistem'
Sementara itu, jumlah penduduk Kota Jambi pada tahun 2024 mencapai 635,10 ribu jiwa. Dari sisi sosial ekonomi, persentase penduduk miskin berada di angka 7,69 persen dengan garis kemiskinan sebesar Rp773.124 per bulan.
Dari angka ini, Dr. Ferzi melihat betapa rentannya kelompok tersebut terhadap gejolak ekonomi sekecil apapun.
"Jika inflasi membesar, kelompok dengan garis kemiskinan serendah ini akan menjadi yang paling terdampak dan sulit keluar dari jerat kemiskinan." ungkapnya.