GEMALANTANG.COM -- Pendiri dan kepala eksekutif Telegram Pavel Durov mengumumkan serangkaian fitur baru yang ditujukan untuk memerangi konten terlarang, bot, dan penipu.
Hal itu diungkapkan seminggu setelah ia ditangkap dan didakwa oleh otoritas Prancis atas pelanggaran pada aplikasi perpesanan tersebut.
Durov pada hari Kamis (05/09), memecah kebisuannya dengan komentar publik pertamanya menyusul penangkapannya, yang ia kecam sebagai sesat dan mengejutkan.
Baca Juga: Pengusaha Batubara Di Jambi Ramai-ramai Perbaiki Jalan Rusak
Namun, ia juga mengakui bahwa Telegram tidak sempurna dan akan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap konten ilegal yang menurutnya berasal dari sebagian kecil dari 950 juta penggunanya.
"Meskipun 99,999 persen pengguna Telegram tidak ada hubungannya dengan kejahatan, 0,001 persen yang terlibat dalam aktivitas terlarang menciptakan citra buruk bagi seluruh platform, membahayakan kepentingan hampir satu miliar pengguna kami," tulisnya dalam pernyataan barunya di Telegram.
"Itulah sebabnya tahun ini kami berkomitmen untuk mengubah moderasi di Telegram dari area kritik menjadi area pujian," tambahnya dikutip AFP, Sabtu (07/09/2024).
Baca Juga: Wabup Bakhtiar Minta Satlinmas Bangun Sinergitas Dengan TNI-Polri
Durov mengatakan Telegram telah menghapus fitur orang di sekitar, yang memungkinkan pengguna untuk menemukan pengguna Telegram lainnya, tetapi ia mengatakan fitur ini digunakan oleh kurang dari 0,1 persen pengguna Telegram, tetapi memiliki masalah dengan bot dan penipu.
Sebagai gantinya, Telegram meluncurkan bisnis terdekat untuk memamerkan bisnis yang sah dan terverifikasi yang akan tampil pada aplikasi perpesanan tersebut.
"Telegram juga telah menonaktifkan unggahan media baru ke Telegraph, alat blog mandiri miliknya, yang tampaknya telah disalahgunakan oleh aktor anonim", katanya.
Baca Juga: Mantan Walikota Alice Guo Tiba Di Manila Setelah Dideportasi Dari Indonesia
Setelah empat hari ditahan, pria berusia 39 tahun itu didakwa atas beberapa tuduhan gagal mengekang konten ekstremis dan ilegal di Telegram.